Disegenap
kawasan para Buddha yang indah permai
Kami
menyaksikan para Buddha bersemayam disana
Ini bukan
alasan yang dibuat-buat, oh Manjusri
Ketahuilah
olehMu keempat golongan dan mahluk halus
Dan seluruh
mahluk di alam semesta ini
Semuanya
menatapMu, oh Manjusri dengan penuh tanya
Apakah yang
hendak Kau katakan, oh ! Manjusri ?
Pada waktu
itu Manjusri berkata kepada Maitreya Bodhisatva Mahasatva dan semua tokoh-tokoh
lainnya : " Kau sekalian anak yang baik. Menurut pandangan saya, Sang
Buddha Yang diHormati Dunia, sekarang berkehendak mengajarkan Hukum
Kesunyataan, menumpahkan hujan Hukum Kesunyataan, memukur genderang Hukum
Kesunyataan dan menerangkan arti dari Hukum Kesunyataan itu. Anak-anakku yang
baik, berkali-kali kami mengalami sejak para Buddha yang dahulu, wangsit yang
demikian ini, bahwa setelah memancarkan sinar yang begitu cemerlang, Beliau
lalu melanjutkan khotbahnya tentang Hukum Kesunyataan ini. Oleh karena itu
ketahuilah, bahwa sekarang Sang Buddha, setelah memancarkan sinar ini sebagai
suatu cara untuk membikin, supaya semua mahluk mendengar dan memahami Hukum
Agung yang sangat sulit dipercayai oleh seluruh dunia. Oleh karena itu maka
Beliau menciptakan wangsit yang demikian ini.
"Anak-anakku
yang baik. Pada zaman dahulu yang tak terjangkau, terbatas dan tanpa awal
asamkhyaya kalpanya, hiduplah seorang Buddha bernama Sang Candrasuryapradipa
Tathagata, Raja diraja, waskita, memiliki kebijaksanaan agung, telah mencapai
Maha Pari Nirvana, maha mengetahui dunia, pemimpin besar, maha jina, guru besar
para dewa naga dan manusia, Buddha, Yang Dihormati Dunia.
Beliau
mengikrarkan Hukum Agung yang baik pada permulaannya, baik pada pertengahannya,
dan baik pula pada akhirnya, yang mempunyai arti yang sangat dalam, dengan
kata-kata yang sedap didengarnya, murni tanpa cacat, serba tepat dan tanpa
salah dan Agung dalam pementasannya. Bagi mereka yang ingin menjadi Sravaka,
Beliau memberikan tanggapan terhadap Hukum Empat Kesunyataan Mulia, yang
mengatasi kelahiran, usia tua, sakit dan kematian dan akhirnya jalan ke
Nirvana, bagi mereka yang mencari tingkat Praceka Buddha, Beliau memberikan
tanggapan ke arah Hukum Paticca Samupaddha ( 12 nidana ); bagi mereka yang menuju
ke KeBodhisatvaan, beliau memberikan tanggapan dengan penerangan tentang
Sad-Paramita yang akan membawa mereka kearah Penerangan Agung dan mendapat
Pengertian Sempurna.
"Setelah
itu ada lagi seorang Buddha yang juga disebut Sang Candrasuryapradipa dan ada
lagi seorang Buddha yang juga disebut Sang Candrasuryapradipa; dan demikianlah
semuanya ada 20.000 Buddha, semuanya mengenakan nama Candrasuryapradipa dan
juga mengenakan nama samaran yang sama ialah Bharadvaja. Ketahuilah O'Maitreya
! Semua Buddha-Buddha ini mulai yang awal hingga yang akhir, mengenakan nama
yang sama ialah Candrasuryapradipa dan semuanya memiliki 10 macam kedudukan
dalam Kesempurnaan Hukum yang beliau ajarkan adalah benar, benar pada awal,
benar pada pertengahannya, dan benar pada akhirnya.
"Sebelumnya
Buddha yang terakhir dari para Buddha-Buddha tersebut diatas moksha, Beliau
mempunyai 8 orang rajaputri;
yang pertama
bernama putri Sumali
yang kedua
bernama putri Anantamati
yang ketiga
bernama putri Ratnamati
yang keempat
bernama putri Viseshamati
yang kelima
bernama putri Vimatisamudghatin
yang keenam
bernama putri Goshamati
yang ketujuh
bernama putri Dharmamati
yang
kedelapan bernama putri Agita
Ke-delapan
putri-putri ini dalam bidang masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing
mempunyai daerah sendiri-sendiri pada 4 kawasan. Putri-putri tersebut setelah
mencapai Penerangan Agung, semuanya meletakkan keratonnya, mengikuti jejak Sang
Ayah, berbulat tekad untuk mengendarai Mahayana; mereka dengan tekun selalu
menjalankan perbuatan-perbuatan mulia, dan semuanya menjadi guru-guru dharma,
setelah menanam akar-akar kebaikan pada ribu-ribuan Buddha.
"Pada
saat itu, Sang Candrasuryapradipa Buddha mengajarkan sutra-sutra Mahayana yang
dinamakan "Pangkalan Tanpa Batas ", yaitu memuat wejangan-wejangan
hukum yang menjadi pegangan para Bodhisatva dan yang selalu diawasi dan
diperhatikan para Buddha. Setelah mengkhotbahkan sutra tersebut, beliau
seketika itu juga, ditengah-tengah pesamuan, duduk bersila dan bermeditasi
tenggelam dalam "Pangkalan Tanpa Batas" dimana jiwa dan raganya dalam
keadaan tenang tak bergerak.
Pada saat
itu tibalah hujan bunga Mandarava, maha mandarava, manjushakas dan maha
manjushakas menghujani Sang Buddha dan para anggota pesamuan, sedangkan
Buddhaloka bergetar dalam 6 arah.
"Selanjutnya,
pada Pesamuan Agung para bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika, dewa-dewa,
naga-naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, haharagas, mahluk dan
bukan mahluk, dan para raja mulai yang kecil hingga yang besar yang memutar
roda dharani, semuanya menerima hal yang belum pernah dialami dengan hati yang
bersuka ria dan gembira dan mengatupkan tangan dan dengan satu tujuan cipta,
menatap wujud Sang Buddha.
"Selanjutnya,
Sang Tathagata memancarkan dari lingkaran rambut putih di tengah-tengah
alisnya, cahaya yang cemerlang yang menyinari 18.000 tanah-tanah Buddha
disebelah Timur, hingga tak ada sesuatu pun yang tak tertembus sinar, seperti
tanah-tanah Buddha yang sekarang terlihat.
"Ketahuilah
O,Maitreya ! Pada saat itu pesamuan itu dikunjungi oleh 18 keti Bodhisatva yang
dengan hati yang girang mendengarkan ajaran Hukum Kesunyataan ini. Para
Bodhisatva semuanya melihat pancaran sinar yang menembus keseluruhan
tanah-tanah kebuddhaan, sekaligus ingin mengetahui sebab musababnya sinar
tersebut.
"Lalu
ada seorang Bodhisatva bernama Varaprabha yang mempunyai 800 pengikut. Pada
waktu Sang Buddha Candrasuryapradipa bangun dari persamadhiannya, Beliau
mengajarkan pada Bodhisatva Varaprabha, Sutra Dharmaparyaya yang dinamakan
"Sutra Bunga Teratai" yang menjadi pegangan para Bodhisatva dan yang
selalu diawasi dan diingat oleh Sang Buddha. Beliau bangun dari duduknya selama
60 kalpa kecil dan para pendengarnya, anggota dari pesamuan selama 60 kalpa itu
tetap duduk ditempat masing-masing, tak bergerak baik badan maupun pikirannya,
mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha dan membayangkan sejenak. Dalam waktu
itu tak seorangpun yang merasa lelah baik badannya maupun jiwanya.
"Sang
Buddha Candrasuryapradipa, setelah mengajarkan Sutra Beliau selama 60 kalpa
kecil, sekonyong-konyong bersabda kepada kelompok brahma, mara, sramana,
brahmana, dewa-dewa, manusia dan asura. Hari ini pada tengah malam, Tathagata
akan masuk ke Nirvana yang abadi.
"Pada
waktu itu ada seorang Bodhisatva bernama Varaprabha. Sang Buddha
Candrasuryapradipa lalu bersabda kepada para Bhiksu sebagai berikut ;
"Bodhisatva Varaprabha ini akan menjadi Buddha yang akan datang, dan nama
Beliau adalah Sang Tathagata Vimalanetra, samyaksambuddha.
"Sang
Buddha setelah meramalkan hal tersebut, lalu masuk ke Nirvana yang abadi pada
tengah malam. Setelah mokshanya Sang Buddha, Bodhisatva Varaprabha, setelah
mengakhiri bunyi Sutra Bunga Teratai, menerangkan sutra itu kepada manusia
selama 80 kalpa kecil. Ke-delapan putri Buddha Candrasuryapradipa mengakui
Bodhisatva Varaprabha selaku Guru beliau. Varaprabha mengajar dan menganjurkan
mereka supaya teguh dalam Penerangan Agung. Rajaputri-rajaputri ini semuanya
memuja kepada ratusan ribu keti Buddha-Buddha dan menelaah jalan ke-Buddhaan.
Yang terakhir mencapai tingkat keBuddhaannya adalah Dipankara Tathagata.
"Ia
mempunyai 8000 penganut, diantaranya ada yang namanya Yasaskama. Penganut ini
mempunyai hasrat besar untuk mendapatkan sanjungan dan kehormatan dan sekalipun
ia telah menyelami sutra-sutra beberapa kali, tak ada satupun yang dapat
mencegah ia, karena sutra-sutra itu dilupakannya. Oleh karena itu ia dinamakan
Yasaskama ( gila hormat dan sanjungan). Orang ini juga mampu menelaah ratusan
ribu keti ajaran kebuddhaan yang dihormatinya, disembahnya dan disanjungnya
karena ia telah menanam banyak akar-akar kebaikan.
"Ketahuilah
Maitreya, Bodhisatva Varaprabha dari zaman itu apakah berlainan dengan saya ?
Tidak, ia adalah saya sendiri, sedangkan Bodhisatva Yasaskama adalah Engkau.
Sekarang aku yakin bahwa ramalan ini tidak beda dengan yang dulu.
"Oleh
karena itu maka kami menyakini bahwa Tathagata yang sekarang akan mengajarkan
sutra-sutra Mahayana yang dinamakan "Sutra Bunga Teratai" dimana para
Bodhisatva diwajibkan untuk menjalankannya dengan diawasi serta diperingati
oleh para Buddha.
Setelah itu
maka dalam pesamuan besar ini, Manjusri, yang mempunyai keinginan untuk
mengumumkan kembali sutra tersebut, bersabda dalam syair seperti dibawah :
Kami ingat
pada suatu waktu yang telah silam
Kira-kira
beberapa ratus ribu kalpa yang lalu
Hidup
seorang Buddha yang sangat dihormati
Namanya
ialah Buddha Candra Surya Pradipa
Yang
disujudi oleh seluruh dunia
Berkat
dharma yang telah diajarkannya
Telah
menyelamatkan mahluk-mahluk hidup
Berjuta-juta
keti Bodhisatva dianjurkan
Untuk
menyelami Penerangan Agung
Sebelum saat
Sang Buddha moksha tiba
Delapan raja
putra dan putri Buddha
Mengetahui
mangkatnya sesembahan agungNya
Mengikuti
jejaknya dan menjalankan hidup suci
Seperti
Sabda Sang Buddha tentang Mahayana
Sutra yang
disebut "Pangkalan Tanpa Batas"
Telah
dijelaskan hal ini secara mendetail
Setelah Sang
Buddha mengkhotbahkan sutra ini
Beliau lalu
duduk diatas singgasana Dharma
Duduk
bersila sambil melaksanakan samadhi
Menembus
Pangkalan Tanpa Batas
Hujan bunga
mandarava, ditaburkan dari langit lazuardi
Guntur
menderu membahana membelah angkasa raya
Para dewa,
manusia dan semua mahluk-mahluk halus
Bersujud
kepada Sang Buddha yang dipuja dunia
Seluruh
kawasan dari para Buddha saat itu
Dipancari
oleh sinar yang memancar dari tengah alisNya
Hal ini
merupakan suatu kegaiban yang luar biasa
Dimana
kawasan Timur disinari oleh pancaran cahaya ini
Dimana
terdapat 18.000 tanah-tanah Sang Buddha
Dimana-mana
menjelaskan kepada semua mahluk
Tentang
karma-karma mereka yang tidak kekal
Mengenai
takdir yang semuanya dapat dirubah
Beberapa
tanah Buddha dapat dilihat
Diperindah
dengan segala barang-barang berharga
Yang
berwarna indah dipancari oleh sinar Sang Buddha
Kami
menyaksikan pula Dewa dan Naga
Mahluk
halus, Yaksa, Gandharva dan Kimnara
Semuanya
bersujud menyembah duli Sang Buddha
Selanjutnya
kusaksikan pula Tathagata
Yang
pribadinya merupakan Jalan Kebuddhaan
Yang
perwujudannya bagaikan gunung emas
Sungguh
megah dan sangat menakjubkan
Laksana batu
dilapis lazuli murni
Atau ibarat
patung dibuat dengan mas murni
Dimikianlah
keadaanNya yang Dipuja Dunia
Ditengah-tengah
pesamuan agung
Telah
dijelaskan hakekat dari kesunyataan
Seperti pula
halnya di tanah-tanah Buddha
Dimana
terdapat sravaka-sravaka banyak sekali
Yang terdiri
atas kelompok-kelompok yang besar
Juga waktu
itu disinari oleh cahaya Sang Buddha
Disamping
kelompok Sravaka juga ada kelompok Bhiksu
Yang dengan
tekun melaksanakan petunjuk vinaya
Setelah
berkelana di rimba-rimba belantara
Mereka
bagaikan penjaga ratna mutu manikam
Kusaksikan
pula nun disana para Bodhisatva
Melaksanakan
amanat suci dengan ketekunan
Yang
jumlahnya bagaikan pasir di sungai Gangga
Pada saat
memancarkan sinar dari Sang Buddha
Kusaksikan
pula para Bodhisatva sedang samadhi
Duduk tenang
tiada bergerak badan dan rohaninya
Mencari
jalan menuju Kesempurnaan Batin
Kusaksikan
pula para Bodhisatva
Yang telah
memahami Hukum Alam Nirvana
Mengajarkan
Hukum Kesunyataan yang Agung
Untuk
mencapai Jalan Kebuddhaan Sempurna
Mereka
masing-masing berada dalam wilayahnya
Semuanya
terdiri atas empat kelompok banyaknya
Setelah
menyaksikan Sang Buddha Candra Surya Pradipa
Yang telah
memperlihatkan daya kekuatan gaib
Menyebabkan
mereka sangat gembira dan senang hatinya
Dan mereka
saling berpandangan serta saling bertanya
Untuk apakah
ini semuanya gerangan ?
Beliau yang
Dipuja umat manusia dan para dewa
Segera
bangun dari persamadhiaannya yang sahdu
Sambil
memuji Bodhisatva Varaprabha
"Kau
adalah Mata Dunia
yang
disembah dan dipuja semua mahluk
yang dapat
mengemban Hukum yang gemerlapan
Hukum
Kesunyataan yang telah kuwejangkan
Hanya
Engkaulah yang dapat melaksanakannya
Setelah Yang
Dipuja oleh seluruh alam semesta
Memberikan
pujian kepada Bodhisatva Varaprabha
Beliau lalu
memberikan wejangan Sutra Bunga Teratai
Selama 60
kalpa kecil tanpa beranjak dari duduknya
Hukum
Kesunyataan "Sutra Bunga Teratai"
Yang
diwejangkan oleh Sang Buddha sungguh dashyat
Dapat
dihayati hakekatnya oleh Sang Varaprabha
Guru Hukum
Kesunyataan yang maha suci
Pada waktu
Sang Buddha memberikan amanat
Tentang
Sutra Bunga Teratai yang hebat ini
Beliau dapat
mengerakkan hati nurani yang hadir
Sehingga
semuanya bergembira dan berbesar hati
Kemudian,
pada hari itu juga Beliau mengikrarkan
Kepada
kalangan para dewa dan seluruh umat manusia
Tentang
Hukum Kesunyataan Yang Agung
Semuanya
telah diwejangkan kepada semua yang hadir
Sekarang Aku
di tengah malam ini memasuki Nirvana
Apakah
kalian dengan segenap kesadaranmu akan maju
Dengan rajin
mengamalkan Kesunyataan ini
Memisahkan
diri dari kemalasan seperti para Buddha
Sangat
cermat dan hemat dalam memanfaatkan waktu
Yang
berketi-keti dan berkalpa-kalpa lamanya
Putra Buddha
yang dihormati dunia
Setelah
mendengar Sang Buddha telah memasuki Nirvana
Semuanya
merasa sedih, cemas dan resah gelisah
Alangkah
cepatnya Sang Buddha mencapai moksha
Oh,
sesembahan kami yang agung Raja dari Kesunyataan
Yang telah
mengatur massa yang jumlahnya tiada ternilai
Yang
Dihormati dan dipuja seluruh alam bersabda :
"Sekalipun
Aku telah moksha, jangan kalian takut
Karena Sang
Bodhisatva Varaprabha
Dalam
melaksanakan kemurnian pandangan terangnya
Telah
mencapai pengertian yang sejati
Beliau
adalah Buddha yang akan datang
Yang akan
memakai nama Vimalacakranetra
Beliau akan
menyelamatkan mahluk-mahluk
Tiada
ternilai banyaknya……………..
Pada malam
itu Sang Buddha telah moksha
Beliau telah
musnah bagaikan kayu bakar
Yang telah
habis bara apinya
Reliknya
Sang Buddha dibagi-bagikan
Disimpan
dalam stupa-stupa tiada terhitung banyaknya
Para bhiksu
dan bhiksuni yang jumlahnya banyak sekali
Bagaikan
pasir di sungai Gangga tiada ternilai banyaknya
Telah
bertekad untuk berjuang dengan rajin dan tekun
Dalam
perjuangan mencari Jalan Kesempurnaan
Sang
Varaprabha, Guru Hukum Kesunyataan
Setelah
mengemban kelopak Hukum Kesunyataan ini
Selama 80
kalpa kecil lamanya menyebarkan
Meluaskan
ajaran Sutra Bunga Teratai ini
Kedelapan
Raja Putri
Yang telah
disadarkan oleh Varaprabha
Memegang
teguh Jalan Kesempurnaan ini
Dan akan
menghadap kepada para Buddha
Setelah
mereka menghadap para Buddha
Mereka akan
mengikutiNya berjalan di Jalan Agung
Agar supaya
di kemudian hari dapat menjadi Buddha
Seperti yang
telah diramalkan bagi mereka masing-masing
Terakhir
adalah Sang Maha Dewa
Yang
mendapat julukan Buddha Dipankara
Beliau
memimpin semua para maha Reshi
Telah
menyelamatkan mahluk tanpa bilangan
Sang
Varaprabha, Guru Hukum Kesunyataan
Pada waktu
mempunyai siswa yang lemah semangatnya
Yang masih
melekat pada kehormatan dan kemashuran
Tenggelam
dalam lautan kesenangan di kalangan ningrat
Menyampingkan
semua yang telah di pelajarinya
Telah
melepaskan segala dosa dan kebodohannya
Oleh karena
itu dinamakan Yasaskama
Dengan
menjalankan budi pekerti yang baik
Dia dapat
melihat Sang Buddha mengikuti jejaknya
Menuju ke
Jalan Agung Kebuddhaan
Dengan
melaksanakan ajaran Sad-Paramita
Sekarang
telah menyaksikan Sang Sakyasimha
Dan
dikemudian hari ingin menjadi Buddha
Serta
berhasrat untuk disebut Maitreya
Yang akan
menyelamatkan mahluk-mahluk hidup
Sebanyak-banyaknya
tak terhitung jumlahnya
Ia, pada
saat mokshanya Sang Buddha dimasa yang silam
Adalah
seorang yang malas, ia adalah kamu sendiri
Varaprabha
Guru Hukum Kesunyataan adalah saya sendiri
Yang sekarang
berada disini, diantara kalian semua
Setelah
melihat Buddha yang bersinar terang
Bagaikan
sinar yang memberikan banyak harapan
Seperti pada
waktu yang telah silam
Karena itu
Aku mengerti kalau Buddha yang sekarang
Berkenan
hendak mengajarkan Sutra Bunga Teratai
Tanda-tanda
yang sekarang sama dengan yang dulu
Ialah cara
yang penuh tanggung jawab dari para Buddha
Sekarang
Sang Buddha memancarkan sinar
Untuk
menolong umat manusia dengan jalan
Mengumumkan
Kebenaran dari Kesunyataan
Hati-hati
dan waspadalah kamu sekalian
Katupkanlah
kedua telapak tanganmu
Tunggulah
dengan kesadaranmu sepenuhnya
Sang Buddha
akan menurunkan ajaran Hukum Kesunyataan
Untuk
memuaskan hati mereka yang mencari jalan
Apabila
diantara pencari jalan dengan Tiga Kendaraan itu
Ada yang
merasa ragu dan penuh penyesalan
Sang Buddha
akan menghapus keraguan dan penyesalannya
Sehingga
sirna musnah tidak ada yang tertinggal sama sekali
0 komentar:
Posting Komentar