KELAHIRAN KEMBALI
Ajaran kelahiran kembali merupakan salah satu aspek dari Buddhadarma
dan bertalian sangat erat dengan hukum karma. Konsep kelahiran kembali
dalam agama Buddha merupakan ajaran yang menyatakan tentang ada
kehidupan yang berulang ulang kali dari makhluk.
Dalam Brahmajala Sutta, Digha Nikaya Sang Buddha menyatakan bahwa manusia telah hidup puluhan ribu kali, hingga tak terhitung banyaknya kehidupan manusia itu pada planet bumi ini. Bahkan manusia yang sama itu pula telah hidup di planet planet bumi yang lain sebelum hidup di planet bumi ini. Jadi kehidupan kita sekarang ini hanya merupakan salah satu mata rantai kehidupan saja dari rantai kehidupan yang panjang. Namun rantai ini dapat diputuskan bila kita melaksanakan ajaran yang secara sistematis telah diuraikan oleh Sang Buddha. Pemutusan rantai kehidupan dengan tercapainya pembebasan ( Nibbana ) sebagai Buddha atau Arahat adalah tanggung jawab dan usaha pribadi kita masing masing.
Menurut Sang Buddha, kelahiran kembali bukan merupakan perpindahan kehidupan karena tidak ada sesuatu dari kehidupan ini yang berpindah kekehidupan berikutnya, tetapi kelahiran kembali adalah kelangsungan arus kehidupan dari kesadaran yang bergetar, karena adanya dorongan dari kekuatan karma. Kelahiran kembali merupakan bagian dari kehidupan dan kehidupan adalah suatu arus kesadaran ( vinnana ) yang berlangsung terus berdasarkan kekuatan karma. Jadi kematian manusia yang kita lihat dalam kehidupan kita sehari hari hanya merupakan perubahan wujud atau bentuk saja, karena sesungguhnya arus kehidupan dari orang yang dikatakan meninggal itu telah terlahir kembali di suatu alam tertentu atau di bumi kita ini sebagai dewa, manusia, setan atau makhluk dalam neraka yang ditentukan oleh karmanya sendiri.
Proses Berpikir
Menurut Abhidhamma, dalam keadaaan biasa pada satu saat berpikir terdapat 17 getaran kesadaran yang berlangsung dengan cepat. Adapun proses berpikir pada keadaan biasa tersebut adalah :
1. Bhavanga Atita ( kesadaran tak aktif lampau )
2. Bhavanga Calana ( bhavanga bergetar )
3. Bhavanga Upaccheda ( bhavanga berhenti bergetar )
4. Pancadvaravajjana ( lima gerbang tempat masuk objek )
5. Panca Vinnana ( lima kesadaran )
6.Sampaticchana ( kesadaran penerima )
7. Santirana ( kesadaran pemeriksa )
8. Votahapana ( kesadaran memutuskan )
9 – 15 Javana ( kesadaran impuls )
16 – 17 Tadalambana ( kesadaran merekam )
Tahap Pertama :
Bhavanga Citta adalah kesadaran yang pasif. Kesadaran pasif ini terdapat pada orang yang sedang tidur nyenyak tanpa mimpi atau ketika seseorang tidak memberikan reaksi apa apa terhadap rangsangan objek dari luar maupun dari dalam. Kesadaran ini dipandang sebagai tahap pertama untuk mempelajari proses berpikir walaupun proses berpikir itu belum mulai.
Tahap Kedua :
Bhavanga Calana adalah kesadaran yang bergetar, karena misalnya ada objek luar atau stimulasi oleh suara cahaya ( bentuk) atau rangsangan pada indriya yang diterima oleh orang yang tidur, pada tahap ini Bhavanga Atita lenyap atau dengan kata lain bhavanga citta mulai aktif. Keadaan ini merupakan tahap kedua. Calana artinya bergerak atau bergetar. Pada tahap ini bhavanga mulai bergetar, getaran ini hanya berlangsung satu saat saja sesudah itu berhenti. Hal ini merupakan akibat dari rangsangan atau objek yang berusaha untuk menyentuh atau menarik perhatian kesadaran pikiran dengan cara menganggu arus bhavanga.
Tahap Ketiga :
Bhavanga Upaccheda adalah tahap pada waktu getaran bhavanga calana terhenti. Upaccheda artinya dipotong atau diputuskan. Sebagai akibatnya, proses pikiran muncul dan mulai mengalir, namun stimulasi atau objek belum dapat dikenal oleh kesadaran.
Tahap Keempat :
Pancadvaravajjana atau kesadaran mengarah pada lima pintu indriya. Pada tahap ini kesadaran dari proses berpikir mulai mengarah untuk mengenal objek dan pada tahap ini pula kesadaran diarahkan untuk mengetahui pada indriya mana dari lima pintu indriya stimulus akan masuk. Pancadvara adalah “ lima pintu “ sedangkan avajjana artinya “ mengarah pada ”. Pada tahap ini orang yang tidur baru tersadar dan perhatiannya diarahkan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa – apa tentang hal itu.
Bila perhatiannya bangkit bukan disebabkan oleh rangsangan dari luar melalui salah satu panca inderanya tetapi oleh rangsangan dalam yaitu dari pikiran maka tahap ini disebut Manodvaravajjana atau “kesadaran mengarah pada pintu indriya pikiran “. Dalam hal ini tahap proses berpikir agak berbeda dengan proses yang kita bicarakan sebab tahap ke-5 sampai ke-8 tidak terjadi.
Tahap Kelima :
Uraian pada tahap ini dibicarakan bila proses berpikir didasarkan pada kesadaran yang mendapat rangsangan luar melalui panca inderanya. Pancavinnana, Panca adalah lima sedangkan vinnana adalah kesadaran. Bila rangsangan itu adalah bunyi maka sota – vinnana atau kesadaran mendengar yang bekerja. Bila rangsangan itu adalah sentuhan maka disebut kaya – vinnana atau kesadaran tubuh yang bekerja. Bila itu adalah bayanganatau objek pandangan maka cakkhu – vinnana yang bekerja. Dan seterusnya. Dalam hal ini pada setiap inderiya ada kesadaran inderiya dan kesadaran inderiya ini yang bekerja. Tapi pada tahap ini kesadaran belum mengerti betul tentang rangsangan apa yang muncul melalui pintu inderiya, hal itu hanya dirasakan( sensed ).
Tahap Keenam :
Sampaticchana adalah kesadaran penerima, Tahap ini muncul bila kesan inderiya disebabkan oleh rangsangan yang diterima dengan baik.
Tahap Ketujuh :
Setelah penerima berfungsi, maka muncul fungsi pemeriksa ( santirana ). Pada tahap ini santirana melaksanakan fungsi pemeriksa dengan cara menentukan rangsangan atau objek apa yang menyebabkan kesan inderiya dan apa yang diterima lalu diperiksa.
Tahap Kedelapan :
Votthapana adalah kesadaran memutuskan atau menentukan, pada tahap ini keputusan diambil berdasarkan rangsangan yang disebabkan oleh kesan inderiya, dan apa yang diperiksa lalu diputuskan atau ditentukan.
Tahap Kesembilan sampai Kelima belas :
Javana adalah impuls kesadaran. Pada saat ini kesadaran bergetar selama tujuh kali ( pada saat saat menjelang meninggal dunia, javana hanya bergetar lima kali ). Javana merupakan saat introspeksi yang diikuti oleh perbuatan. Javana berasal dari kata kerja “ javati ” yang artinya “ lari mendorong atau mendesak “. Javana merupakan impuls yang muncul sebagai klimaks dari proses kesadaran dalam proses berpikir. Karena pada tahap ini seseorang dapat menyadari dengan jelas tentang objek atau rangsangan dengan semua ciri cirinya.
Pada tahap ini kamma atau karma mulai berproses sebagai karma baik atau karma buruk. Karena kemauan bebas ada pada javana. Tahap tahap lain dari proses berpikir merupakan gerakan refleks dan harus muncul, sedangkan javana merupakan tahap dimana kesadaran bebas untuk menentukan atau memutuskan. Dalam javana ada hak untuk memilih dan mempunyai kekuatan untuk menentukan masa depan sesuai dengan kehendaknya ( karmanya ). Bial suatu hal salah dimengerti dan perbuatan telah dilaksanakan, maka hasilnya adalah tidak menyenangkan atau karma buruk. Javana adalah kata tknis yang sulit sekali diterjemahkan dengan tepat.
Tahap Keenam belas dan Ketujuh belas :
Tadalambana atau kesadaran mencatat atau merekam kesan. Tadalambana adalah dua saat yang merupakan akibat yang muncul segera setelah javana. Fungsi tadalambana adalah mencatat atau merekam kesan yang dibuat oleh javana. Tadalambana bukan bagian yang paling penting dari proses berpikir karena fungsinya hanya merekam kesan saja. Tadalambana berasal dari kata Tadarammana yang artinya adalah “objek itu”. Dimana Tadalambana karena kesadaran ini mempunyai objek yang sama dengan objek dari javana.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam uraian ini bahwa 17 tahap yang membentuk suatu proses berpikir hanya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek sekali. Perkembangan dari proses berpikir adalah berbeda beda bagi setiap objek, hal ini terjadi karena adanya intensitas rangsangan yang berbeda pula. Jika intensitas rangsangan besar sekali maka suatu proses berpikir yang sempurna terjadi, jika intensitas rangsangan besar maka tadalambana ( tahap 16 dan 17 ) tidak terjadi. Jika intensitas rangsangan kecil atau kecil sekali maka proses berlangsung tanpa ada kesadaran yang sempurna.
Sumber : Buku Intisari Agama Buddha
Dalam Brahmajala Sutta, Digha Nikaya Sang Buddha menyatakan bahwa manusia telah hidup puluhan ribu kali, hingga tak terhitung banyaknya kehidupan manusia itu pada planet bumi ini. Bahkan manusia yang sama itu pula telah hidup di planet planet bumi yang lain sebelum hidup di planet bumi ini. Jadi kehidupan kita sekarang ini hanya merupakan salah satu mata rantai kehidupan saja dari rantai kehidupan yang panjang. Namun rantai ini dapat diputuskan bila kita melaksanakan ajaran yang secara sistematis telah diuraikan oleh Sang Buddha. Pemutusan rantai kehidupan dengan tercapainya pembebasan ( Nibbana ) sebagai Buddha atau Arahat adalah tanggung jawab dan usaha pribadi kita masing masing.
Menurut Sang Buddha, kelahiran kembali bukan merupakan perpindahan kehidupan karena tidak ada sesuatu dari kehidupan ini yang berpindah kekehidupan berikutnya, tetapi kelahiran kembali adalah kelangsungan arus kehidupan dari kesadaran yang bergetar, karena adanya dorongan dari kekuatan karma. Kelahiran kembali merupakan bagian dari kehidupan dan kehidupan adalah suatu arus kesadaran ( vinnana ) yang berlangsung terus berdasarkan kekuatan karma. Jadi kematian manusia yang kita lihat dalam kehidupan kita sehari hari hanya merupakan perubahan wujud atau bentuk saja, karena sesungguhnya arus kehidupan dari orang yang dikatakan meninggal itu telah terlahir kembali di suatu alam tertentu atau di bumi kita ini sebagai dewa, manusia, setan atau makhluk dalam neraka yang ditentukan oleh karmanya sendiri.
Proses Berpikir
Menurut Abhidhamma, dalam keadaaan biasa pada satu saat berpikir terdapat 17 getaran kesadaran yang berlangsung dengan cepat. Adapun proses berpikir pada keadaan biasa tersebut adalah :
1. Bhavanga Atita ( kesadaran tak aktif lampau )
2. Bhavanga Calana ( bhavanga bergetar )
3. Bhavanga Upaccheda ( bhavanga berhenti bergetar )
4. Pancadvaravajjana ( lima gerbang tempat masuk objek )
5. Panca Vinnana ( lima kesadaran )
6.Sampaticchana ( kesadaran penerima )
7. Santirana ( kesadaran pemeriksa )
8. Votahapana ( kesadaran memutuskan )
9 – 15 Javana ( kesadaran impuls )
16 – 17 Tadalambana ( kesadaran merekam )
Tahap Pertama :
Bhavanga Citta adalah kesadaran yang pasif. Kesadaran pasif ini terdapat pada orang yang sedang tidur nyenyak tanpa mimpi atau ketika seseorang tidak memberikan reaksi apa apa terhadap rangsangan objek dari luar maupun dari dalam. Kesadaran ini dipandang sebagai tahap pertama untuk mempelajari proses berpikir walaupun proses berpikir itu belum mulai.
Tahap Kedua :
Bhavanga Calana adalah kesadaran yang bergetar, karena misalnya ada objek luar atau stimulasi oleh suara cahaya ( bentuk) atau rangsangan pada indriya yang diterima oleh orang yang tidur, pada tahap ini Bhavanga Atita lenyap atau dengan kata lain bhavanga citta mulai aktif. Keadaan ini merupakan tahap kedua. Calana artinya bergerak atau bergetar. Pada tahap ini bhavanga mulai bergetar, getaran ini hanya berlangsung satu saat saja sesudah itu berhenti. Hal ini merupakan akibat dari rangsangan atau objek yang berusaha untuk menyentuh atau menarik perhatian kesadaran pikiran dengan cara menganggu arus bhavanga.
Tahap Ketiga :
Bhavanga Upaccheda adalah tahap pada waktu getaran bhavanga calana terhenti. Upaccheda artinya dipotong atau diputuskan. Sebagai akibatnya, proses pikiran muncul dan mulai mengalir, namun stimulasi atau objek belum dapat dikenal oleh kesadaran.
Tahap Keempat :
Pancadvaravajjana atau kesadaran mengarah pada lima pintu indriya. Pada tahap ini kesadaran dari proses berpikir mulai mengarah untuk mengenal objek dan pada tahap ini pula kesadaran diarahkan untuk mengetahui pada indriya mana dari lima pintu indriya stimulus akan masuk. Pancadvara adalah “ lima pintu “ sedangkan avajjana artinya “ mengarah pada ”. Pada tahap ini orang yang tidur baru tersadar dan perhatiannya diarahkan pada sesuatu, tetapi tidak mengetahui apa – apa tentang hal itu.
Bila perhatiannya bangkit bukan disebabkan oleh rangsangan dari luar melalui salah satu panca inderanya tetapi oleh rangsangan dalam yaitu dari pikiran maka tahap ini disebut Manodvaravajjana atau “kesadaran mengarah pada pintu indriya pikiran “. Dalam hal ini tahap proses berpikir agak berbeda dengan proses yang kita bicarakan sebab tahap ke-5 sampai ke-8 tidak terjadi.
Tahap Kelima :
Uraian pada tahap ini dibicarakan bila proses berpikir didasarkan pada kesadaran yang mendapat rangsangan luar melalui panca inderanya. Pancavinnana, Panca adalah lima sedangkan vinnana adalah kesadaran. Bila rangsangan itu adalah bunyi maka sota – vinnana atau kesadaran mendengar yang bekerja. Bila rangsangan itu adalah sentuhan maka disebut kaya – vinnana atau kesadaran tubuh yang bekerja. Bila itu adalah bayanganatau objek pandangan maka cakkhu – vinnana yang bekerja. Dan seterusnya. Dalam hal ini pada setiap inderiya ada kesadaran inderiya dan kesadaran inderiya ini yang bekerja. Tapi pada tahap ini kesadaran belum mengerti betul tentang rangsangan apa yang muncul melalui pintu inderiya, hal itu hanya dirasakan( sensed ).
Tahap Keenam :
Sampaticchana adalah kesadaran penerima, Tahap ini muncul bila kesan inderiya disebabkan oleh rangsangan yang diterima dengan baik.
Tahap Ketujuh :
Setelah penerima berfungsi, maka muncul fungsi pemeriksa ( santirana ). Pada tahap ini santirana melaksanakan fungsi pemeriksa dengan cara menentukan rangsangan atau objek apa yang menyebabkan kesan inderiya dan apa yang diterima lalu diperiksa.
Tahap Kedelapan :
Votthapana adalah kesadaran memutuskan atau menentukan, pada tahap ini keputusan diambil berdasarkan rangsangan yang disebabkan oleh kesan inderiya, dan apa yang diperiksa lalu diputuskan atau ditentukan.
Tahap Kesembilan sampai Kelima belas :
Javana adalah impuls kesadaran. Pada saat ini kesadaran bergetar selama tujuh kali ( pada saat saat menjelang meninggal dunia, javana hanya bergetar lima kali ). Javana merupakan saat introspeksi yang diikuti oleh perbuatan. Javana berasal dari kata kerja “ javati ” yang artinya “ lari mendorong atau mendesak “. Javana merupakan impuls yang muncul sebagai klimaks dari proses kesadaran dalam proses berpikir. Karena pada tahap ini seseorang dapat menyadari dengan jelas tentang objek atau rangsangan dengan semua ciri cirinya.
Pada tahap ini kamma atau karma mulai berproses sebagai karma baik atau karma buruk. Karena kemauan bebas ada pada javana. Tahap tahap lain dari proses berpikir merupakan gerakan refleks dan harus muncul, sedangkan javana merupakan tahap dimana kesadaran bebas untuk menentukan atau memutuskan. Dalam javana ada hak untuk memilih dan mempunyai kekuatan untuk menentukan masa depan sesuai dengan kehendaknya ( karmanya ). Bial suatu hal salah dimengerti dan perbuatan telah dilaksanakan, maka hasilnya adalah tidak menyenangkan atau karma buruk. Javana adalah kata tknis yang sulit sekali diterjemahkan dengan tepat.
Tahap Keenam belas dan Ketujuh belas :
Tadalambana atau kesadaran mencatat atau merekam kesan. Tadalambana adalah dua saat yang merupakan akibat yang muncul segera setelah javana. Fungsi tadalambana adalah mencatat atau merekam kesan yang dibuat oleh javana. Tadalambana bukan bagian yang paling penting dari proses berpikir karena fungsinya hanya merekam kesan saja. Tadalambana berasal dari kata Tadarammana yang artinya adalah “objek itu”. Dimana Tadalambana karena kesadaran ini mempunyai objek yang sama dengan objek dari javana.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam uraian ini bahwa 17 tahap yang membentuk suatu proses berpikir hanya berlangsung dalam waktu yang sangat pendek sekali. Perkembangan dari proses berpikir adalah berbeda beda bagi setiap objek, hal ini terjadi karena adanya intensitas rangsangan yang berbeda pula. Jika intensitas rangsangan besar sekali maka suatu proses berpikir yang sempurna terjadi, jika intensitas rangsangan besar maka tadalambana ( tahap 16 dan 17 ) tidak terjadi. Jika intensitas rangsangan kecil atau kecil sekali maka proses berlangsung tanpa ada kesadaran yang sempurna.
Sumber : Buku Intisari Agama Buddha
Filed under: Proses Pikiran | Comments Off on Proses Berpikir
Proses Kematian
Posted on July 6, 2008 by whitelotuzz
Proses Kematian
Setelah kita mempelajari tentang proses berpikir, maka kita akan dapat dengan mudah mempelajari tentang cara kerja proses pikiran pada saat kematian. Dengan mempelajari dan mengerti tentang proses pikiran pada saat kematian, maka kita akan dapat memperhatikan apa yang berlangsung setelah kematian karena hanya dengan cara ini kita dapat mengerti tentang kelahiran kembali.
Pengaruh Kelahiran Pada Jasmani
Manusia terdiri dari kombinasi antara jasmani dan batin ( nama rupa ). Hubungan antara jasmani dan batin bagaikan hubungan erat antara bunga dan bau. Jasmani sebagai bunga dan batin sebagai bau, sedangkan kematian hanya merupakan pemisahan anatar dua faktor ini. Bilamana orang berada pada saat saat menjelang kematian, jasmani dan batinnya lemah, mungkin seseorang kuat selalu tetapi pada saat menjelang kematian ia menjadi lemah. Hal ini terjadi karena pada waktu kesadaran bergetar sampai 17 getaran dan pada saat getaran itu akan selesai tak ada fungsi baru dari jasmani yang terjadi. Hal ini bagaikan kipas angin listrik yang arus listriknya diputuskan sehingga tidak ada tenaga lagi. Jika kombinasi jasmani dan batin terpisah, jasmani dan batin tidak lenyap. Jasmani akan mulai berproses menjadi lapuk, jasmani atau materi tak dapat lenyap tetapi akan terurai menjadi zat padat, cair dan gas. Elemen ini tak akan lenyap tetapi bentuk elemen elemen itu saja yang berubah.
Pengaruh Kematian Pada Batin
Apakah yang terjadi pada batin setelah meninggal ? batin tidak berbeda dengan jasmani yang tetap berproses, proses perubahan batin dari satu keadaan ke keadaan yang lain berlangsung terus dengan cepat sehingga bagi orang yang tak mengerti menganggap batin ini adalah tetap keka. Kematian tidak menghentikan proses batin.
Proses pikiran tidak berhenti pada saat kematian sebab pada saat terakhir sebelum saat kematian yang disebut maranasanna javana citta walaupun lemah dan tak dapat membuat buah pikiran baru namun memiliki suatu potensi besar untuk mengetahui atau melihat salah satu dari tiga objek pikiran yang masuk dalam pikiran dari orang yang segera akan meninggal. Objek pikiran yang muncul ini tak dapat ditolak, munculnya salah satu dari tiga objek pikiran ini yang menyebabkan sebuah pikiran baru muncul. Pemunculan salah satu dari tiga objek sebagai tanda kematian ini bukan dihasilkan oleh kekuatan dari luar, tetapi hal ini terjadi berdasarkan pada perbuatan perbuatan ( karma ) orang tersebut selama hidupnya. Karma yang bekerja pada saat seperti ini disebut Janaka kamma. Kematian ini merupakan refleksi dari perbuatannya sendiri.
Proses Kematian
Menurut pandangan Buddhis, kematian terjadi karena salah satu dari empat hal yaitu :
Kammakkhaya atau habisnya kekuatan janaka kamma.
Ayukkhaya atau habisnya masa kehidupan.
Ubhayakkhaya atau habisnya janaka kamma dan masa kehidupan secara bersama sama.
Upacchedaka kamma atau munculnya kamma penghancur atau pemotong yang kuat sehingga walaupun janaka kamma dan masa kehidupan belum selesai, orang tersebut meninggal dengan cepat.
1. Kammakkhaya
Jika potensi dari janaka kamma atau karma yang mengatur tentang kelahiran telah habis, maka aktivitas organis jasmani yang memiliki daya hidup ( javitindriya ) mati walaupun batas usia kehidupan di alam tertentu itu belum habis. Hal ini biasanya terjadi pada makhluk makhluk yang lahir di alam menyedihkan ( apaya ), neraka, binatang, peta dan asura, tetapi hal ini terjadi juga di dalam alam alam lain.
2. Ayukkhaya
Habisnya masa kehidupan makhluk, Hal ini terjadi sesuai dengan batas usia kehidupan makhluk di masing masing alam.
3. Ubhayakkhaya
Bersamaan habisnya kekuatan janaka kamma dan batas usia kehidupan dari makhluk.
4. Upacchedaka kamma
Kematian seseorang terjadi karena ia telah melakukan perbuatan yang buruk sekali sehingga walaupun janaka kamma maupun usia kehidupannya belum selesai, Ia tiba tiba meninggal dunia sebagai akibat perbuatan buruk tersebut. Suatu kekuatan tertentu dapat menghentikan kendaraan yang sedang melaju, demikian pula karma yang kuat dapat melenyapkan potensi dari arus proses berpikir dan mengakibatkan seseorang meninggal.
Kammakkhaya, Ayukkhaya dan Ubhayakkhaya disebut sebagai “ meninggal pada waktunya ” ( kala marana ) sedangkan meninggal karena Upacchedaka kamma disebut “ meninggal bukan pada waktunya ” ( akal marana ). Untuk memperjelas keempat hal diatas tentang kematian, dimisalkan makhluk itu adalah lampu minyak, lampu akan padam karena empat hal yaitu jika minyak habis, sumbu habis, minyak dan sumbu sama sama habis atau karena ada angin kencang.
Uraian diatas tentang kematian secara umum, sedangkan kematian secara khusus dilihat pada proses kematian yang berlangsung pada batin seseorang. Uraian berikut ini akan membicarakan tentang proses kematian yang berhubungan erat dengan proses berpikir.
Proses kematian hanya berbeda sedikit dengan proses berpikir dalam keadaan biasa atau normal. Proses batin dan dalam hal ini yang dibicarakan adalah proses pikiran pada kematian adalah sebagai berikut :
Bhavanga Atita
Bhavanga Calana
Bhavanga Upaccheda
Manodvaravajjana – kesadaran mengarah pada pintu inderiya pikiran
Maranasanna Javana Citta – Impuls javana mendekati kematian
Tadalambana
Cuti Citta – kesadaran kematian
Patisandhi Vinnana – kesadaran kelahiran kembali yang terjadi pada kehidupan berikut.
1. Bhavanga Atita
Keadaan kesadaran ini tak berbeda dengan pada kesadaran proses berpikir biasa
2. Bhavanga Calana
3. Bhavanga Upaccheda
Ketentuan kedua bhavanga ini seperti diatas, tapi karena disini membicarakan proses kematian jadi yang ditentukan adalah proses pikiran orang yang akan segera meninggal. Pada tahap ini orang yang akan meninggal belum dapat mengenal rangsangan yang terjadi. Rangsangan yang dibicarakan sekarang adalah salah satu dari tiga objek pikiran atau tanda kematian.
4. Manodvaravajjana
Adalah kesadaran mengarah ke pintu inderiya pikiran. Pada waktu membicarakan proses berpikir normal dibicarakan tentang Pancadvaravajjana, yang terjadi jika rangsangan dapat dikenal atau diketahui oleh salah satu dari lima inderiya melalui salah satu pintu inderiya inderiya itu yaitu melihat, mendengar, membau, merasa, atau menyentuh. Tetapi dalam kasus tentang proses berpikir pada kematian rangsangan yang muncul bukan dari luar melainkan rangsangan dalam yang merupakan pikiran atau ingatan yang hanya dapat dikenal melalui pikiran.
5. Marana Javana Citta
Adalah impuls javana mendekati kematian yang merupakan tahap psikologis yang penting. Dalam membicarakan tentang proses berpikir normal ada 7 impuls javana tetapi pada orang yang akan meninggal hanya ada 5 impuls javana. Salah satu dari tiga objek pikiran atau tanda kematian muncul pada tahap javana ini. Pada saat salah satu objek ini muncul, getaran bhavanga terhenti. Kesadaran berproses melalui manodvaravajjana and tiba pada javana. Pada saat ini kesadaran pikiran atau pikiran dapat mengetahui dengan jelas rangsangan yang ada.
Tiga objek pikiran atau tanda kematian itu adalah :
Kamma
Ingatan pada suatu perbuatan yang baik atau buruk, hebat atau penting yang pernah dilakukan seseorang sebelum meninggal muncul padanya walaupun kematian itu terjadi secara tiba tiba. Bila ia telah melakukan salah satu dari karma berat buruk ( akusala garuka kamma ) atau telah melakukan karma berat baik ( Kusala garuka kamma ) misalnya mencapai jhana jhana maka ia akan mengingat atau mengalami kamma tersebut sebelum saat kematian. Karena karma berat ini sangat kuat sehingga karma karma lain tertekan dan karma berat itu akan jelas dalam ingatannya. Bila ia tak pernah melakukan garuka kamma, yang menjadi objek ingatannya adalah perbuatan yang ia lakukan menjelang kematiannnya ( asanna kamma ) yang disebut “ karma menjelang saat kematian “. Jika asanna kamma tidak dilakukan maka suatu perbuatan yang sering atau biasa dilakukan ( Acinna kamma atau Bahula kamma ) akan muncul dalam ingatannya seperti memberikan dana karena ia dermawan, memberi khotbah karena ia dharmaduta atau mencuri karena ia maling dan seterusnya. Jika garuka kamma, assana kamma dan accinna kamma tidak ada maka perbuatannya tertentu yan tak berarti dan hanya sekali dilakukan apakah itu perbuatan baik atau buruk yang dikenal sebagai katatta kamma yang akan teringat olehnya. Jika ingatannya itu tentang karma baik ia akan terlahir kembali di alam yang menyenangkan. Tapi bila ingatannya itu tentang karma buruk maka ia akan terlahir kembali dalam keadaan yang lebih buruk daripada keadaan sekarang atau terlahir kembali di alam menyedihkan.
Kamma Nimitta
Pada orang yang dalam proses akan meninggal, kadang kadang suatu ingatan muncul dengan sendiri yang bukan merupakan ingatan tentang suatu perbuatan baik atau buruk tetapi suatu simbol dari perbuatannya. Kamma adalah perbuatan sedangkan nimitta adalah bayangan. Demikianlah bagi seorang tukang jagal mungkin ia melihat pisau, pemabuk melihat botol, orang saleh malihat altar. Hal ini dilihat dengan mata batin dan bukan mata fisik.
Gati Nimitta
Objek pikiran dari orang yang akan meninggal dunia dapat pula berupa simbol dari atau harapan akan tempat dimana ia akan terlahir kembali. Misalnya munculnya bayangan api maka orang itu akan terlahir kembali di alam neraka sedangkan orang yang melihat bunga yang indah akan terlahir di alam surga.
6. Tadalambana
Setelah tahap kesadaran impuls dari maranasanna javana citta muncul tahap kesadaran tadalambana
7. Cuti Citta – Kesadaran kematian
Kesadaran ini adalah kesadaran terakhir yang ada pada kehidupan sekarang. Cuti adalah lenyap atau mati. Pada tahap ini proses kematian berakhir, keadaan cuti citta sama dengan bhavanga citta. Kesadaran ini merupakan kesadaran bhavanga yang terakhir dan kesadaran ini mengambil bhavanga citta pertama dari kelahiran berikut yaitu Patisandhivinnana. Cuti citta secara psikologis tidak terlalu penting karena cuti citta hanya merupakan kesadaran kematian. Akhir dari proses pikiran bukan cuti citta tetapi Maranasanna javana citta, pada saat cuti citta muncul maka kematian tiba.
8. Patisandhi Vinnana
Pada saat cuti citta muncul dan berakhir dengan kematian bukan berarti proses kesadaran terhenti karena kematian tetapi proses kesadaran masih bergetar terus dengan munculnya Patisandhi Vinanna atau Patisandhi citta pada kelahiran berikut pada kehidupan baru. Cuti citta dan Patisandhi citta adalah nama khusus yang diberikan pada bhavanga citta. Pemberian nama teknis ini digunakan untuk mempermudah kita mempelajari dan mengerti proses kematian dan proses kelahiran kembali. Karena dua citta tersebut adalah sama yaitu kesadaran bhavanga yang berproses dan sebab proses tersebut berlangsung dalam seri urutan sama serta berkesinambungan maka objek dari kedua kesadaran ( cuti citta dan patisandhi citta ) adalah sama.
Setelah kita mempelajari tentang proses berpikir, maka kita akan dapat dengan mudah mempelajari tentang cara kerja proses pikiran pada saat kematian. Dengan mempelajari dan mengerti tentang proses pikiran pada saat kematian, maka kita akan dapat memperhatikan apa yang berlangsung setelah kematian karena hanya dengan cara ini kita dapat mengerti tentang kelahiran kembali.
Pengaruh Kelahiran Pada Jasmani
Manusia terdiri dari kombinasi antara jasmani dan batin ( nama rupa ). Hubungan antara jasmani dan batin bagaikan hubungan erat antara bunga dan bau. Jasmani sebagai bunga dan batin sebagai bau, sedangkan kematian hanya merupakan pemisahan anatar dua faktor ini. Bilamana orang berada pada saat saat menjelang kematian, jasmani dan batinnya lemah, mungkin seseorang kuat selalu tetapi pada saat menjelang kematian ia menjadi lemah. Hal ini terjadi karena pada waktu kesadaran bergetar sampai 17 getaran dan pada saat getaran itu akan selesai tak ada fungsi baru dari jasmani yang terjadi. Hal ini bagaikan kipas angin listrik yang arus listriknya diputuskan sehingga tidak ada tenaga lagi. Jika kombinasi jasmani dan batin terpisah, jasmani dan batin tidak lenyap. Jasmani akan mulai berproses menjadi lapuk, jasmani atau materi tak dapat lenyap tetapi akan terurai menjadi zat padat, cair dan gas. Elemen ini tak akan lenyap tetapi bentuk elemen elemen itu saja yang berubah.
Pengaruh Kematian Pada Batin
Apakah yang terjadi pada batin setelah meninggal ? batin tidak berbeda dengan jasmani yang tetap berproses, proses perubahan batin dari satu keadaan ke keadaan yang lain berlangsung terus dengan cepat sehingga bagi orang yang tak mengerti menganggap batin ini adalah tetap keka. Kematian tidak menghentikan proses batin.
Proses pikiran tidak berhenti pada saat kematian sebab pada saat terakhir sebelum saat kematian yang disebut maranasanna javana citta walaupun lemah dan tak dapat membuat buah pikiran baru namun memiliki suatu potensi besar untuk mengetahui atau melihat salah satu dari tiga objek pikiran yang masuk dalam pikiran dari orang yang segera akan meninggal. Objek pikiran yang muncul ini tak dapat ditolak, munculnya salah satu dari tiga objek pikiran ini yang menyebabkan sebuah pikiran baru muncul. Pemunculan salah satu dari tiga objek sebagai tanda kematian ini bukan dihasilkan oleh kekuatan dari luar, tetapi hal ini terjadi berdasarkan pada perbuatan perbuatan ( karma ) orang tersebut selama hidupnya. Karma yang bekerja pada saat seperti ini disebut Janaka kamma. Kematian ini merupakan refleksi dari perbuatannya sendiri.
Proses Kematian
Menurut pandangan Buddhis, kematian terjadi karena salah satu dari empat hal yaitu :
Kammakkhaya atau habisnya kekuatan janaka kamma.
Ayukkhaya atau habisnya masa kehidupan.
Ubhayakkhaya atau habisnya janaka kamma dan masa kehidupan secara bersama sama.
Upacchedaka kamma atau munculnya kamma penghancur atau pemotong yang kuat sehingga walaupun janaka kamma dan masa kehidupan belum selesai, orang tersebut meninggal dengan cepat.
1. Kammakkhaya
Jika potensi dari janaka kamma atau karma yang mengatur tentang kelahiran telah habis, maka aktivitas organis jasmani yang memiliki daya hidup ( javitindriya ) mati walaupun batas usia kehidupan di alam tertentu itu belum habis. Hal ini biasanya terjadi pada makhluk makhluk yang lahir di alam menyedihkan ( apaya ), neraka, binatang, peta dan asura, tetapi hal ini terjadi juga di dalam alam alam lain.
2. Ayukkhaya
Habisnya masa kehidupan makhluk, Hal ini terjadi sesuai dengan batas usia kehidupan makhluk di masing masing alam.
3. Ubhayakkhaya
Bersamaan habisnya kekuatan janaka kamma dan batas usia kehidupan dari makhluk.
4. Upacchedaka kamma
Kematian seseorang terjadi karena ia telah melakukan perbuatan yang buruk sekali sehingga walaupun janaka kamma maupun usia kehidupannya belum selesai, Ia tiba tiba meninggal dunia sebagai akibat perbuatan buruk tersebut. Suatu kekuatan tertentu dapat menghentikan kendaraan yang sedang melaju, demikian pula karma yang kuat dapat melenyapkan potensi dari arus proses berpikir dan mengakibatkan seseorang meninggal.
Kammakkhaya, Ayukkhaya dan Ubhayakkhaya disebut sebagai “ meninggal pada waktunya ” ( kala marana ) sedangkan meninggal karena Upacchedaka kamma disebut “ meninggal bukan pada waktunya ” ( akal marana ). Untuk memperjelas keempat hal diatas tentang kematian, dimisalkan makhluk itu adalah lampu minyak, lampu akan padam karena empat hal yaitu jika minyak habis, sumbu habis, minyak dan sumbu sama sama habis atau karena ada angin kencang.
Uraian diatas tentang kematian secara umum, sedangkan kematian secara khusus dilihat pada proses kematian yang berlangsung pada batin seseorang. Uraian berikut ini akan membicarakan tentang proses kematian yang berhubungan erat dengan proses berpikir.
Proses kematian hanya berbeda sedikit dengan proses berpikir dalam keadaan biasa atau normal. Proses batin dan dalam hal ini yang dibicarakan adalah proses pikiran pada kematian adalah sebagai berikut :
Bhavanga Atita
Bhavanga Calana
Bhavanga Upaccheda
Manodvaravajjana – kesadaran mengarah pada pintu inderiya pikiran
Maranasanna Javana Citta – Impuls javana mendekati kematian
Tadalambana
Cuti Citta – kesadaran kematian
Patisandhi Vinnana – kesadaran kelahiran kembali yang terjadi pada kehidupan berikut.
1. Bhavanga Atita
Keadaan kesadaran ini tak berbeda dengan pada kesadaran proses berpikir biasa
2. Bhavanga Calana
3. Bhavanga Upaccheda
Ketentuan kedua bhavanga ini seperti diatas, tapi karena disini membicarakan proses kematian jadi yang ditentukan adalah proses pikiran orang yang akan segera meninggal. Pada tahap ini orang yang akan meninggal belum dapat mengenal rangsangan yang terjadi. Rangsangan yang dibicarakan sekarang adalah salah satu dari tiga objek pikiran atau tanda kematian.
4. Manodvaravajjana
Adalah kesadaran mengarah ke pintu inderiya pikiran. Pada waktu membicarakan proses berpikir normal dibicarakan tentang Pancadvaravajjana, yang terjadi jika rangsangan dapat dikenal atau diketahui oleh salah satu dari lima inderiya melalui salah satu pintu inderiya inderiya itu yaitu melihat, mendengar, membau, merasa, atau menyentuh. Tetapi dalam kasus tentang proses berpikir pada kematian rangsangan yang muncul bukan dari luar melainkan rangsangan dalam yang merupakan pikiran atau ingatan yang hanya dapat dikenal melalui pikiran.
5. Marana Javana Citta
Adalah impuls javana mendekati kematian yang merupakan tahap psikologis yang penting. Dalam membicarakan tentang proses berpikir normal ada 7 impuls javana tetapi pada orang yang akan meninggal hanya ada 5 impuls javana. Salah satu dari tiga objek pikiran atau tanda kematian muncul pada tahap javana ini. Pada saat salah satu objek ini muncul, getaran bhavanga terhenti. Kesadaran berproses melalui manodvaravajjana and tiba pada javana. Pada saat ini kesadaran pikiran atau pikiran dapat mengetahui dengan jelas rangsangan yang ada.
Tiga objek pikiran atau tanda kematian itu adalah :
Kamma
Ingatan pada suatu perbuatan yang baik atau buruk, hebat atau penting yang pernah dilakukan seseorang sebelum meninggal muncul padanya walaupun kematian itu terjadi secara tiba tiba. Bila ia telah melakukan salah satu dari karma berat buruk ( akusala garuka kamma ) atau telah melakukan karma berat baik ( Kusala garuka kamma ) misalnya mencapai jhana jhana maka ia akan mengingat atau mengalami kamma tersebut sebelum saat kematian. Karena karma berat ini sangat kuat sehingga karma karma lain tertekan dan karma berat itu akan jelas dalam ingatannya. Bila ia tak pernah melakukan garuka kamma, yang menjadi objek ingatannya adalah perbuatan yang ia lakukan menjelang kematiannnya ( asanna kamma ) yang disebut “ karma menjelang saat kematian “. Jika asanna kamma tidak dilakukan maka suatu perbuatan yang sering atau biasa dilakukan ( Acinna kamma atau Bahula kamma ) akan muncul dalam ingatannya seperti memberikan dana karena ia dermawan, memberi khotbah karena ia dharmaduta atau mencuri karena ia maling dan seterusnya. Jika garuka kamma, assana kamma dan accinna kamma tidak ada maka perbuatannya tertentu yan tak berarti dan hanya sekali dilakukan apakah itu perbuatan baik atau buruk yang dikenal sebagai katatta kamma yang akan teringat olehnya. Jika ingatannya itu tentang karma baik ia akan terlahir kembali di alam yang menyenangkan. Tapi bila ingatannya itu tentang karma buruk maka ia akan terlahir kembali dalam keadaan yang lebih buruk daripada keadaan sekarang atau terlahir kembali di alam menyedihkan.
Kamma Nimitta
Pada orang yang dalam proses akan meninggal, kadang kadang suatu ingatan muncul dengan sendiri yang bukan merupakan ingatan tentang suatu perbuatan baik atau buruk tetapi suatu simbol dari perbuatannya. Kamma adalah perbuatan sedangkan nimitta adalah bayangan. Demikianlah bagi seorang tukang jagal mungkin ia melihat pisau, pemabuk melihat botol, orang saleh malihat altar. Hal ini dilihat dengan mata batin dan bukan mata fisik.
Gati Nimitta
Objek pikiran dari orang yang akan meninggal dunia dapat pula berupa simbol dari atau harapan akan tempat dimana ia akan terlahir kembali. Misalnya munculnya bayangan api maka orang itu akan terlahir kembali di alam neraka sedangkan orang yang melihat bunga yang indah akan terlahir di alam surga.
6. Tadalambana
Setelah tahap kesadaran impuls dari maranasanna javana citta muncul tahap kesadaran tadalambana
7. Cuti Citta – Kesadaran kematian
Kesadaran ini adalah kesadaran terakhir yang ada pada kehidupan sekarang. Cuti adalah lenyap atau mati. Pada tahap ini proses kematian berakhir, keadaan cuti citta sama dengan bhavanga citta. Kesadaran ini merupakan kesadaran bhavanga yang terakhir dan kesadaran ini mengambil bhavanga citta pertama dari kelahiran berikut yaitu Patisandhivinnana. Cuti citta secara psikologis tidak terlalu penting karena cuti citta hanya merupakan kesadaran kematian. Akhir dari proses pikiran bukan cuti citta tetapi Maranasanna javana citta, pada saat cuti citta muncul maka kematian tiba.
8. Patisandhi Vinnana
Pada saat cuti citta muncul dan berakhir dengan kematian bukan berarti proses kesadaran terhenti karena kematian tetapi proses kesadaran masih bergetar terus dengan munculnya Patisandhi Vinanna atau Patisandhi citta pada kelahiran berikut pada kehidupan baru. Cuti citta dan Patisandhi citta adalah nama khusus yang diberikan pada bhavanga citta. Pemberian nama teknis ini digunakan untuk mempermudah kita mempelajari dan mengerti proses kematian dan proses kelahiran kembali. Karena dua citta tersebut adalah sama yaitu kesadaran bhavanga yang berproses dan sebab proses tersebut berlangsung dalam seri urutan sama serta berkesinambungan maka objek dari kedua kesadaran ( cuti citta dan patisandhi citta ) adalah sama.
Filed under: Proses Pikiran | Comments Off on Proses Kematian
Proses Kelahiran Kembali
Posted on July 6, 2008 by whitelotuzz
Proses Kelahiran Kembali
Berdasarkan pada uraian tentang proses berpikir dan proses kematian maka tidak sulit untuk mengikuti atau mempelajari tentang proses kelahiran kembali, karena hanya merupakan kelanjutan dari proses kematian. Proses kelahiran kembali hanya berlangsung lima tahap dalam batin seseorang sebagai berikut :
Berdasarkan pada uraian tentang proses berpikir dan proses kematian maka tidak sulit untuk mengikuti atau mempelajari tentang proses kelahiran kembali, karena hanya merupakan kelanjutan dari proses kematian. Proses kelahiran kembali hanya berlangsung lima tahap dalam batin seseorang sebagai berikut :
Patisandhi Vinanna
Bhavanga Citta
Manodvaravajjana
Javana
Bhavanga Citta
Bhavanga Citta
Manodvaravajjana
Javana
Bhavanga Citta
1. Patisandhi Vinanna
Adalah kesadaran kelahiran kembali, dalam uraian tentang proses kematian, Patisandhi vinanna disebutkan pada urutan proses bagian akhir. Penyebutan ini bukan berarti bahwa patisandhi vinanna terjadi pada pikiran dari orang yang akan meninggal dunia itu, tetapi penyebutan patisandhi vinanna dalam uraian proses kematian adalah untuk menunjukan proses sebab akibat yang berkesinambungan dalam proses kematian dan kelak yang akan terlahir kembali.
Patisandhi vinanna hanya merupakan akibat dari maranasanna janaka citta. Patisandhi vinanna hanya muncul atau ada pada batin atau pikiran dari makhluk yang baru terlahir kembali. Jika makhluk yang terlahir kembali sebagai manusia maka patisandhi vinanna muncul pada ovum yang baru dibuahi oleh sperma dalam kandungan atau tabung ( untuk bayi tabung ). Bersamaan dengan adanya patisandhi vinanna terjadi pula kelompok sepuluh dari jasmani ( kaya dasaka ), kelompok sepuluh dari kelamin ( bhava dasaka ) dan kelompok sepuluh dari kedudukan kesadaran ( vatthu dasaka ).
Kaya dasaka terdiri dari :
elemen
elemen cair
elemen panas
elemen gas
wana
bau
ras
sari makanan
inderiya kehidupan
tubuh
Adalah kesadaran kelahiran kembali, dalam uraian tentang proses kematian, Patisandhi vinanna disebutkan pada urutan proses bagian akhir. Penyebutan ini bukan berarti bahwa patisandhi vinanna terjadi pada pikiran dari orang yang akan meninggal dunia itu, tetapi penyebutan patisandhi vinanna dalam uraian proses kematian adalah untuk menunjukan proses sebab akibat yang berkesinambungan dalam proses kematian dan kelak yang akan terlahir kembali.
Patisandhi vinanna hanya merupakan akibat dari maranasanna janaka citta. Patisandhi vinanna hanya muncul atau ada pada batin atau pikiran dari makhluk yang baru terlahir kembali. Jika makhluk yang terlahir kembali sebagai manusia maka patisandhi vinanna muncul pada ovum yang baru dibuahi oleh sperma dalam kandungan atau tabung ( untuk bayi tabung ). Bersamaan dengan adanya patisandhi vinanna terjadi pula kelompok sepuluh dari jasmani ( kaya dasaka ), kelompok sepuluh dari kelamin ( bhava dasaka ) dan kelompok sepuluh dari kedudukan kesadaran ( vatthu dasaka ).
Kaya dasaka terdiri dari :
elemen
elemen cair
elemen panas
elemen gas
wana
bau
ras
sari makanan
inderiya kehidupan
tubuh
Bhava dasaka terdiri dari 1 sampai 9 seperti pada kaya dasaka dan ke
10 adalah kelamin. Sedangkan vatthu dasaka terdiri dari 1 sampai 9
seperti kaya dasaka dan ke 10 adalah kedudukan kesadaran.
Menurut pandangan Buddhis, kelamin ditentukan pada saat pembuahan dan dihasilkan oleh karma. Walaupun kelamin telah ditentukan namun kelamin belum berkembang pada saat pembuahan tetapi potensi kelamin adalah laten.
Jadi dengan ada patisandhi vinanna maka kombinasi jasmani – batin baru mulai berkembang dalam kandungan. Sperma ovum orang tua menyiapkan materi sedangkan patisandhi vinanna menyiapkan batin. Patisandhi vinanna yang berhubungan dengan kehidupan yang lalu dan kehidupan yang baru. Proses kesadaran tidak pernah berhenti, kesadaran terakhir dari makhluk yang meninggal berproses terus dan menghasilkan kesadaran lain tetapi bukan dalam tubuh yang sama. Kesadaran lain itu adalah patisandhi vinanna yang hanya bergetar sesaat lalu lenyap dan langsung diikuti oleh bhavanga citta.
Menurut pandangan Buddhis, kelamin ditentukan pada saat pembuahan dan dihasilkan oleh karma. Walaupun kelamin telah ditentukan namun kelamin belum berkembang pada saat pembuahan tetapi potensi kelamin adalah laten.
Jadi dengan ada patisandhi vinanna maka kombinasi jasmani – batin baru mulai berkembang dalam kandungan. Sperma ovum orang tua menyiapkan materi sedangkan patisandhi vinanna menyiapkan batin. Patisandhi vinanna yang berhubungan dengan kehidupan yang lalu dan kehidupan yang baru. Proses kesadaran tidak pernah berhenti, kesadaran terakhir dari makhluk yang meninggal berproses terus dan menghasilkan kesadaran lain tetapi bukan dalam tubuh yang sama. Kesadaran lain itu adalah patisandhi vinanna yang hanya bergetar sesaat lalu lenyap dan langsung diikuti oleh bhavanga citta.
Dinyatakan pula bahwa ada empat macam cara kelahiran dari makhluk – makhluk yaitu :
Jalabuja yaitu makhluk yang lahir melalui kandungan seperti manusia dan binatang binatang tertentu.
Andaja yaitu makhluk yang lahir melalui telur seperti unggas, ular, buaya dan binatang lain.
Samsedaja yaitu makhluk yang lahir di tempat yang lembab atau bukan cara jalabuja atau andaja seperti binatang tingkat rendah
Opapatika yaitu makhluk yang lahir secara spontan. Biasanya makhluk yang lahir secara spontan adalah makhluk yang tak terlihat oleh mata manusia biasa. Contohnya : para dewa, peta atau setan, asura dan makhluk di alam brahma.
Jalabuja yaitu makhluk yang lahir melalui kandungan seperti manusia dan binatang binatang tertentu.
Andaja yaitu makhluk yang lahir melalui telur seperti unggas, ular, buaya dan binatang lain.
Samsedaja yaitu makhluk yang lahir di tempat yang lembab atau bukan cara jalabuja atau andaja seperti binatang tingkat rendah
Opapatika yaitu makhluk yang lahir secara spontan. Biasanya makhluk yang lahir secara spontan adalah makhluk yang tak terlihat oleh mata manusia biasa. Contohnya : para dewa, peta atau setan, asura dan makhluk di alam brahma.
2. Bhavanga Citta
Setelah Patisandhi vinanna lenyap, bhavanga citta muncul dan bergetar selama 16 saat. Pada tahap embrio maka ia masih merupakan bagian tubuh ibu, itu sebabnya bhavanga citta berproses dengan lancar tanpa ada gangguan.
Setelah Patisandhi vinanna lenyap, bhavanga citta muncul dan bergetar selama 16 saat. Pada tahap embrio maka ia masih merupakan bagian tubuh ibu, itu sebabnya bhavanga citta berproses dengan lancar tanpa ada gangguan.
3. Manodvaravajjana
Telah disebutkan diatasbahwa bhavanga citta hanya berlangsung selama 16 saat dan lenyap, kemudian muncul manodvaravajjana. Bhavanga citta memberikan jalan untuk proses berpikir berlangsung berdasarkan pada keinginan yang muncul dalam batin dari embrio karena kehidupan barunya.
Telah disebutkan diatasbahwa bhavanga citta hanya berlangsung selama 16 saat dan lenyap, kemudian muncul manodvaravajjana. Bhavanga citta memberikan jalan untuk proses berpikir berlangsung berdasarkan pada keinginan yang muncul dalam batin dari embrio karena kehidupan barunya.
4. Javana
Setelah manodvaravajjana lenyap, javana atau impuls kesadaran muncul. Javana melangsungkan kesadaran yang terjadi pada manodvaravajjana yaitu keinginan pada kehidupan baru. Javana mengembangkan keinginan makhluk baru ( bhavana nikanti javana ), javana bergetar selama 7 saat lenyap.
Setelah manodvaravajjana lenyap, javana atau impuls kesadaran muncul. Javana melangsungkan kesadaran yang terjadi pada manodvaravajjana yaitu keinginan pada kehidupan baru. Javana mengembangkan keinginan makhluk baru ( bhavana nikanti javana ), javana bergetar selama 7 saat lenyap.
5. Bhavanga citta
Ketika javana lenyap, bhavanga citta muncul dan bergetar. Bhavanga citta bergetar terus hingga ada sesuatu yang menghentikannya. Pada waktu bayi lahir, ia mulai berhubungan dengan dunia luar maka proses berpikir normal mulai berfungsi.
Ketika javana lenyap, bhavanga citta muncul dan bergetar. Bhavanga citta bergetar terus hingga ada sesuatu yang menghentikannya. Pada waktu bayi lahir, ia mulai berhubungan dengan dunia luar maka proses berpikir normal mulai berfungsi.
Sumber : https://whitelotuzz.wordpress.com/category/proses-pikiran/
0 komentar:
Posting Komentar