Jumat, 15 Mei 2015



BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN
A.    TINJAUAN PUSTAKA
1.      Kurikulum Pendidikan Agama Buddha
Pendidikan berperan penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan ajaran Buddha. Pendidikan memiliki kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan kurikulum. Hubungan kuriklum dan pendidikan adalah hubungan antara isi dan tujuan. Pendidikan agama
Buddha adalah usaha yang dilakukan terencana dan berkesinambung dalam pengembangan kemampuan perserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual.
Pendidikan dalam agama Buddha dapat dikatakan bersifat pragmatis menyangkut pemecahan masalah untuk mencapai tujuan hidup manusia. Filosofi pendidikan agama Buddha mengacu kepada empat kebenaran mulia (cattari Ariya saccani), yaitu mengidentifikasi duka, asal mula duka, lenyapnya duka dan jalan menuju lenyapnya dukkha (Mukti,2006:305).
STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF  MATERI HUKUM-HUKUM UNIVERSAL DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA KELAS X SMK PEMBANGUNAN AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Nama        : Tri Suyatno
NIM          : 1008201052
STIAB SMARATUNGGA

Pendidikan adalah penerusan nilai-nilai, pengetahuan, kemampuan, sikap dan tingkah laku, yang dalam arti luas pendidikan merupakan hidup itu sendiri sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengubah pandangan hidup dari seseorang, membentuk manusia yang bertanggung jawab, menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain (Mukti,2006:304).
Tujuan umum pendidikan umum pendidikan tak berbeda dengan tujuan pembabaran agama sebagaimana yang sampaikan oleh Buddha kepada enam puluh orang arahat. Mereka mengemban misi atas dasar kasih sayang, demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi orang banyak. (Vin.1,21), memiliki pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu berkah utama (Sn.261)
Kurikulum pendidikan agama Buddha yang berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar mencerminkan kebutuhan keragaman kompetensi secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan kuriklum pendidikan agama Buddha sesuai kebutuhan. Penekanan kurikulum pada pendidikan agama Buddha adalah peserta didik memiliki keyakinan dan pengamalam Buddha Dhamma.
Pendidikan agama Buddha bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (1) Mengembangkan keyakinan (saddha) dan ketakwaan (bhakti) kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, Para Bodhisattva dan Mahasattva, (2) Mengembangkan  manusia Indonesia yang berakhlak mulia melalui peningkatan pelaksanaan moral (sila), meditasi (samadhi) dan kebijaksanaan (panna) sesuai dengan Buddha Dharma (3) Mengembangkan manusia Indonesia yang  memahami, menghayati, dan mengamalkan/menerapkan Dharma sesuai dengan Ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka sehingga menjadi manusia yang bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Dharma dalam kehidupan sehari-hari, dan (4) Memahami agama Buddha dan sejarah perkembangannya di Indonesia (kurikulum pendidikan Nasional).
Wilayah kajian pendidikan agama Buddha menitik beratkan segi moral, kajian moral mencakup duniawi dan kajian keyakinan (Saddha). Pendidikan agama Buddha memiliki karakteristik pokok yaitu penguasaan pengetahuan komoperhensif (pariyatti), mengamalkan pedoman perilaku (patipatti), dan mencapai kebenaran dhamma (pathivedha). Belajar tidak hanya mengetahui untuk mengingat (pariyatti) dan mencapai penembusan. “Meskipun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, orang yang lengah seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak akan memperoleh makna kehidupan suci” (Dh.19). Pengetahuan saja tidak akan membuat orang terbebas dari penderitaan, tetapi juga harus melaksanakannya (Mukti,316.2003).
2.      Materi Pembelajaran “Hukum-Hukum Universal”
Hukum Niyama adalah hukum yang mengatatur segala yang terjadi di dunia ini, dengan pembagian sebagai berikut :
a.       Utu Niyama (hukum musim)
Hukum tertib “physical inorganik” misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas , sifat benda seperti gas, cair dan padat, kecepatan cahaya , terbentuk dan hancurnya tata surya dan sebagainya. Semua  aspek  fisika  dari  alam  diatur  oleh hukum ini.
Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama (mahabhuta) yaitu (1) unsur pathavi (secara harafiah berarti "tanah"), (2). unsur apo (secara harfiah berarti "air"), (3) unsur tejo (secara harfiah berarti "api"), (4) unsur vayo (secara harfiah berarti "udara”).

b.      Bija Niyama (hukum biologis)
Hukum tertib yang mengatur tumbuh-tumbuhan dari benih/biji-bijian dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, manisnya gula berasal dari batang tebu atau madu, adanya keistimewaan daripada berbagai jenis buah-buahan, hukum genetika penurunan sifat dan sebagainya . Semua aspek biologis makhluk hidup diatur oleh hukum ini.
c.       Kamma Niyama (hukum perbuatan)
Hukum tertib yang mengatur sebab akibat dari perbuatan , misalnya : perbuatan baik/membahagiakan dan perbuatan buruk terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik dan buruk yang sesuai .
d.      Dhamma Niyama (fenomena alam)
Hukum tertib yang mengatur sebab-sebab terjadinya keselarasan atau persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam seperti bumi bergetar pada waktu seseorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, atau pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha. Hukum gaya berat (gravitasi) , daya listrik, gerakan gelombang dan sebagainya, termasuk dalam hukum ini.
Dhamma adalah sesuatu yang menghasilkan sifat dasarnya sendiri (dhareti), yaitu kekerasannya sendiri ketika disentuh, sifat khusus sekaligus sifat universalnya adalah berkembang, melapuk, hancur, dan seterusnya. Dhamma yang dikategorikan dalam hubungan sebab "menghasilkan" fungsi hubungan sebab tersebut, dan yang dikategorikan dalam hubungan akibat "menghasilkan" fungsi akibat atau hasil. Pengertian ini meliputi semua Dhamma yang dibahas dalam Suttanta dan Abhidhamma Pitaka. Ini juga meliputi hal-hal yang disebutkan dalam Vinaya Pitaka dengan nama "tubuh aturan" (silakkhandha).
e.       Citta Niyama (hukum psikologis)
Hukum tertib mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan pikiran / batin (abhinna), serta fenomena ekstrasensorik seperti telepati, kewaskitaan (clairvoyance), kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan ­membaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.
Citta berarti "yang berpikir" (perbuatan berpikir), yang mengandung pengertian: yang menyadari suatu objek, juga berarti: menyelidiki atau memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan berbeda-beda bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek.

3.      AKTIVITAS BELAJAR
a.      Belajar Dalam Pandangan Buddhis
Belajar diibaratkan sebagai petani yang harus bekerja keras dengan sebaik-baiknya, mengolah tanah, nemabur benih, menyiram dan sebagainya, tanamannya juga perlu perawatan dan waktu untuk bersemi, tumbuh bertahap hingga berbuah, begitu pula dengan bejalar. Belajar memerlukan suatu proses dimana tidak ada yang instan, belajar perlu usaha, adanya niat, untuk mendapatkan hasil dan diterpakan dalam kehidupan (A.I:229).
Belajar dalam agama Buddha berasal dari kata (sikkha) latihan, yang berarti berusaha untuk melakukan sesuatu.
Belajar merupakan jalan satu-satunya untuk dapat membebaskan diri dari kebodohan. Buddha juga menjelaskan pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. “Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang” (Dh. 152).
Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman yang di dapat dari perjalan kehidupan dan suatu proses karma yang terjadi di kehidupannya. Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam individu yang diaktifkan dan dikontrol oleh diri sendiri. Faktor eksternal tidak dapat menentukan keberhasilan belajar tanpa adanya kemauan dari si pelajar. “Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri, tak seorangpun dapat membuat suci orang lain” (Dh.165).
Belajar adalah kehendak (cetana) dan bagaimana, mengendalikan, melatih, mengembangkan, hingga menggunakan pikiran. Pengembangan cetana harus ada keyakinan bagaimana perlunya berubah sehingga akan timbul keinginan untuk bertekad dan berbuat (A.III,415).
Belajar adalah penemuan diri sendiri, mampu menentukan apa yang relevan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. (Vin.1,23).
Belajar adalah proses kerja sama, Buddha mengajurkan pada siswannya agar berkelompok, sehingga dapat saling membantu satu sama lain apabila kurang memahami Dhamma yang diajarkan (D.III,127).
Belajar adalah proses evolusi, karena perubahan perilaku memerlukan waktu, kesabaran, dan ketekunan. Buddha bersabda “Aku tidak mengatakan bahwa pencapaian pengetahuan yang mendalam datang dengan segera; sebaliknya, hal itu datang melalui latihan yang bertahap, pelaksanaan yang bertahap, dan suatu jalan yang bertahap” (M.I,479).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bawah belajar adalah proses  kehendak (cetana) dan bagaimana, mengendalikan, melatih, mengembangkan, hingga menggunakan pikiran, perubahan perilaku dari yang kurang baik menjadi baik, semakin bertambahnya pengetahuan dari yang kurang tahu menjadi tahu, dan poses yang terjadi dalam individu yang diaktifkan dan dikontrol oleh diri sendiri.
b.      Belajar Dalam Pandangan Umum
Belajar merupakan perubahan tingkahlaku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan sebaginya (Sardiman,2004:20). Ada bebarapa definisi belajar antara lain sebagai berikut :
Belajar adalah penambahan pengetahuan, dimana siswa mampu menguasi materi-materi yang diberikan oleh guru disekolah, otodidak maupum bimbingan belajar (Sardiman,2004:21).
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorag (Arsyad,2011:1).
c.       Aktifvitas berdasarkan padangan budhis
Aktifvitas dalam pandangan agama Buddha berlandaskan pada pikirin (citta) dimana pikiran adalah pelopor pikikiran adalah pembentuk dan pikiran adalah pemimpin dari segala sesuatu. Pikiran adalah (citta) adalah keadaan yang mengetahui obyek atau keadaan yang menerima, mengingat, berfikir dan mengetahui obyek (Panjid,2005:7). Suci atau tidak tergantungpada diri sendiri, tidak seorangpun dapat membuat orang suci (Dh.165)
Cetasika atau kehendak bentuk-bentuk batin yang sama dengan keadaannya, yang bersekutu dengan kesadaran dan pikiran yang baik dan tidak baik (Mettadewi,1994:99). Seorang guru harus mampu mengembangkan bentuk-bentuk batin yang dapat merangsang keaktifan siswa dalam belajar, seorang guru juga harus mampu memanjakan indera peserta didik untuk dikembangkan dalam pembelajaran yang aktif.
Aktif berarti mampu mengembangkan pemikitan pikiran dalam dirinya (Citta) berarti "yang berpikir" (perbuatan berpikir), yang mengandung pengertian: yang menyadari suatu objek. Citta berarti: menyelidiki atau memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan berbeda-beda bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek.
d.      Aktifvitas Berdasarkan Pedangan Umum
Aktivitas artinya adalah “Kegiatan atau kesibukan”, aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohan idan kedua-duanya harus di hubungkan. Prinsip belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.Karena itu mengapa aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman,2001:93).
Aktvitas belajar sendiri memiliki banyak macam, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi, Diedrich dalam sardiman (2004:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang di golongkan ke dalam 8 kelompok yaitu: (1) visual activities, seperti meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain), (2) oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi, (3) listening activities, seperti mendengarkan percakapanm dan musik atau pidato, (4) writting activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman, (5) drawing activities, seperti mengambar, membuat grafis, peta, diagram, (6) motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, (7) mental activities, seperti memanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat dan mengambil keputusan, (8) emotional avtivties, seperti menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gurup.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegitan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud adalah penekanannya pada siswa.
B.     PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
1.      Media menurut Buddhis
Mengacu pada pembicaraan Buddha srategi pendekatan dalam pendidikan dapat dibedakan atas, 1) pendekatan positif yang dimana menimbulkan kesenanangan dan keuntungan, 2) Pendekatan keras, yang dimana menunjukkan garis keras yang menimbulkan penderitaan, dan 3) gabungan pendekatan keras dan halus.
Buddha membabarkan dhamma tidak hanya dengan ceramah, dan menggunakan media yang mono tone, namun Buddha mengulang kotbanya yang penting di berbagai kesempatan, Buddha menggunakan narasi, diksripsi dan analisis, Buddha banyak menyampaikan ajaran dalam bentuk cerita, syair dan media. Dengan menggunakan media seperti pengungkapan konsep untuk menghadapi keterbatasan kata, karena yang dipentingkah adalah makna yang disampaikan oleh sang Buddha (Mukti,2003:319).
Buddha juga mengajarkan dhamma dengan media kepada Biku culapanthaka yang tidak pandai mengahafal ini diajar oleh Buddha untuk duduk menghadap ketimur (Matahari pagi), menggosok kain putih bersih, mengamatinya seraya mengucapkanm kata-kata “bersih dari kotoran”. Melihat proses kain itu menjadi kotor kena keringatnya, seketika ia sampai pemahaman induksi kausalitas dan ketidakkekalan (Dh.A.25).
Pembelajaran yang menarik dan mampu memberikan keterkatikan, dan pemahaman kepada siswa merupakan modal utama demikian pula ketika Buddha menjelaskan kepada Kisa Gotami dengan media lada, “Kisa Gotami cobalah cari segenggam biji lada dari rumah yang tidak pernah ada kematian, untuk menghidupkan anaknya kembali yang sudah mati (Dh.A.114). Sang Buddha memberikan gambaran media yang mudah kepada Kisa gotami agar tersadah bahwa kematian itu pasti terjadi kepada siapapun (Mukti.2003:317).
Sang Buddha menjelaskan dengan sinonim, perumpamaan, contoh-contoh, visualisasi atau peragaan dipergunakan untuk memberi penjelasan. Buddha mengizinkan orang yang mempelajari ajarannya menggunakan bahasa dan media masing-masing (Mukti. 2003.319).
Setiap peserta didik memerlukan pengalaman belajar sendiri maupun dalam kelompok besar, tugas perseorangan sebagai latihan merupakan cara yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memahami permasalahan dan memcahkan masalah studi kasus dan lapangan tentu akan memberi pengalaman belajar yang efektif (Mukti, 2003:320).
Pengetahuan manusia adalah segala sesuatu yang dijangkauan oleh mata dan bentuk materi, telinga dan bunyi, hidung dan bau, lidah dan rasa, badan dan obyek-obyek sentuhan, pikiran dan obyek-obyek mental (S.IV,15). Dengan menggunakan media yang menarik dan aktif untuk merangsang indera maka dengan berbagai media audio dan visual atau multimedia akan sangat membantu, pencapaian keberhasilan.
2.      Media Menurut Umum
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medim yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau oengatra dari pengirim ke penerima pesan (Arsyad.2011:3).
Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media adalah manusia, materi maupun kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh ketrampilan dan sikap.
 Fleming (1987:234) mengatakan bahwa media adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya, yaitu mengatur antara belajar-siswa,dan isi pembelajaran.
Leslie J. Bringgs (1979) media adalah alat untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film, rekaman video, dan lain sebagainya. Media merupakan alat untuk memberikan rangsangan bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar (Indriana, 2011:13).
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media, di antaranya adalah: asosiasi teknologi dan komunikasi pendidikan.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin “Tekne” (bahasa Inggris art) dan “logos” (bahasa Indonesia Ilmu) jadi media adalah alat bantu dalam mengajar agama, akan membahas masalah ketrampilan, sikap, perbuatan dan strategi mengajar agama (Arsyad,2011:6).
Media adalah sarana yang juga disebut channel, karena pada hakekatnya media memperluas atau memperpanjangkemampuan manusia untuk merasakan, mendengarkan, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hampir tidak terbatas lagi. (Mc. Luhan,1997:2)
Kata model berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sardiman,1984:6).
Dalam kaitannya dengan komunikasi interaksi dalam bentuk organisasi Oemar Hamalik (1994:12) berpendapat bahwa media komunikasi adalah suatu media atau alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat  disimpulkan media pembelajaran adalah alat yang digunakan oleh guru yang bertujuan untuk mengembangkan dan memudahkan guru menyampaikan pembelajaran kepada anak didik.


3.      Pengertian Multimedia Pembelajaran
Multimedia merupakan penggabungan dua kata yaitu “multi” dan “media”. Multi berarti “banyak” sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti “medium”.
Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (bahasa latin, nouns) yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (bahasa latin) yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu.  Kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi (Rachmat dan Alphone, 2005/2006).
Tahun 1990, Multimedia masih berarti kombinasi antara teks dan gambar atau animasi saja. Pengembangan metode dokumen image dilengkapi penggunaan faksimile, yang mengkonfersi dokumen menjadi lebih besar (Sutopo,2003:3).
Multimedia pembelajaran adalah aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali (Ariani,Harianto,2010:26).
Multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang diterima oleh pengguna melalui hardware komputer. Multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer.
Multimedia pembelajaran adalah aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali (Ariani,Harianto,2010:26).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran adalah pengembangan media bahan ajar menggunakan alat sepeti video, audio, gambar, dan animasi yang dijadikan satu dalam bentuk media.
C.    MEDIA PEMBELAJARAN INTERATIF (MPI)
1.      Pengertian MPI
Media pembelajaran adalah aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, Keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali (Ariani,Harianto,2010:26).
Pakar model pembelajaran interaktif (MPI) mengemukakan bahwa model pembelajaran MPI diartikan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Bentuk-bentuk media yang digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih kongkrit. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata agar dapat kita harapkan hasil dari pembelajaran itu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif (MPI) adalah pembelajaran yang dikemas dalam suatu media yang dijadikan satu dalam komputerisasi yang terdiri dari audio, video, gambar, dan animasi guna penyampaian yang lebih mudah kepada anak didik.
2.      Keistimewaan dari MPI
a.       Keistimewaan dari multimedia interaktif yang tidak dimiliki oleh media lain di antaranya :
1)      Pembelajaran dengan menggunakan media interaktif akan memberikan umpan balik guru ke siswa dan siswa ke guru.
2)      Multimedia pembelajaran akan memberikan kemudahan yang sistematis dalam pembelajaran.
3)      Pembelajaran dengan menggunakan media interaktif akan lebih menarik, lebih interaktif, kualitas belajar dapat di lakukan dimana dan kapan saja serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan, dan media mampu memberikan rangsangan kepada anak sehingga otak berfungsi dengan optimal.
3.      Manfaat Media Pembelajaran Interaktif (MPI)
Sudjana (2010:2) ada beberapa manfaat dari penggunaan media pemebelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Proses belajar menjadi menarik dan cenderung siswa tidak bosan sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami olej para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3.      Terjadinya interaksi antara guru dan siswa.
4.      Proses pembelajaran lebih interaksi sehingga objek bisa besar/kecil, Efisiensi waktu dan tenaga sehingga gerak bisa cepat/lambat, meningkatkan kualitas hasil belajar sehingga kejadian masa lalu, objek yang kompleks. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja sehingga konsep bisa luas atau sempit. Menumbuhkan sifat positif belajar terhadap proses dan materi belajar sehingga mengatasi sikap pasif peserta, meningkatkan peran guru kearah yang lebih positif dan produktif sehingga menciptakan persamaan pengalaman, dan persepsi peserta yang heterogen.
Sementara itu menurut Arsyad (2011:27) mengemukakan pendapatnya bahwa manfaat dari media adalah :
1.      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan mengingatkan proses dan hasil belajar.
2.      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemingkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3.      Media Pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
4.      Jenis Media-Media MPI
MPI dapat dikombinasikan dengan berbagai macam bentuk dan jenis media menjadi suatu setting pelajaran. Jenis media yang sering digunakan adalah :
1)      Teks
Teks merupakan medium yang digunakan pada Paket, termasuk dalam video, ataupun televisi.
2)      Grafis
Grafis memiliki banyak kelebihan seperti layaknya ungkapan”sebuah gambar mengandung makna sejuta kata”. Dengan tampilannya yang ilustratif, keberadaan grafis dapat meningkatkan daya tangkap pengguna. Penggambaran konsep secara lebih nyata akan menunjukkan dengan cepat antara objek dengan ide, sehingga lebih memudahkan pengguna untuk mengklasifikasikan bermacam-macam objek. Selain mempermudah tampilan multimedi interaktif  keberadaan grafis akan lebih memancing emoso atau perhatian pengguna
3)      Foto
Foto dapat berfungsi sebagai media penunjang untuk meningkatkan perhatian serta pemahaman terhadap materi tertentu. Foto juga dapat memberikan informasi tentang benda atau situasi nyata yang tidak memerlukan grafik.
4)      Video
Video merupakan media penunjang untuk meningkatkan perhatian serta pemahaman terhadap materi tertentu. Video bermanfaat untuk menyampaikan informasi yang mengandung unsur gerak, audio, dan visual, situasi kejadian nyata, serta kondisi berbahaya.
5)      Audio, dan
Audio meliputi semua kata dan ucapan mulut (narasi, dialog), musik (instrumental dan vokal), suara natural maupun efek (sound effect), audio memperkuat informasi yang telah diberikan melalui teks, foto, grafik, video, maupun animasi. Pada format multimedia interaktif, audio diaplikasikan melalui video disc, video tape, audio tape. Namun seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, aplikasi audio bisa dilakukan melalui proses digitalizing komputer.
6)      Animasi
Animasi memberikan visualisasi terhadap informasi tentang suatu konsep yang mengandung unsur gerak. Animasi dapat berperan sebagai pengganti video, yang tidak terdapat dalam hal nyata (Arifin, 2004.213). kelebihan animasi antara lain: memiliki ruang manipulasi desain tinggi, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengontrol jalannya program (interaktif).
D.    Kerangka Berfikir
Multimedia pembelajaran interaktif
Aktifitas belajar pendidikan agama Buddha
 



E.     Hipotesa
Hipotesis kerja yang dilakukan dalam penelitian ini berbunyi “Bagaimana pengaruh penggunaan media interaktif materi hukum-hukum universal terhadap aktivitas belajar pendidikan agama Buddha kelas X SMK Pembangunan Ampel Boyolali tahun pelajaran 2013/2014”.
Posted by Unknown On Jumat, Mei 15, 2015 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blogger news

    Blogger news

    Namo Buddhaya

    Situs Ini adalah situs untuk berbagi pengetahuan dalam bidang pendidikan agama Buddha, 1. Terdapat perangkat Pembelajara (RPP, Silabus, dan Media) 2. Tutorial media 3. How to fix problem dan lain sebagainya
    bagi anda yang berkenan membagi hasil dan karya anda silahkan kirimkan ke Mr.Tri.Suyatno@gmail.com dan Mohon Komentarnya ... :D Thanks Namo Buddhaya

    Blogroll

    About