BAB II
LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PIKIRAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Kurikulum
Pendidikan Agama Buddha
Pendidikan berperan penting bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan ajaran Buddha. Pendidikan
memiliki kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan kurikulum. Hubungan
kuriklum dan pendidikan adalah hubungan antara isi dan tujuan. Pendidikan agama
Buddha adalah usaha yang dilakukan terencana dan berkesinambung dalam
pengembangan kemampuan perserta didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual.
Pendidikan dalam agama Buddha dapat
dikatakan bersifat pragmatis menyangkut pemecahan masalah untuk mencapai tujuan
hidup manusia. Filosofi pendidikan agama Buddha mengacu kepada empat kebenaran mulia
(cattari Ariya saccani), yaitu
mengidentifikasi duka, asal mula duka, lenyapnya duka dan jalan menuju
lenyapnya dukkha (Mukti,2006:305).
STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF MATERI HUKUM-HUKUM UNIVERSAL DAPAT
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA KELAS X SMK PEMBANGUNAN
AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Nama : Tri Suyatno
NIM : 1008201052
STIAB
SMARATUNGGA
Pendidikan adalah penerusan nilai-nilai,
pengetahuan, kemampuan, sikap dan tingkah laku, yang dalam arti luas pendidikan
merupakan hidup itu sendiri sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan
mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendidikan merupakan usaha yang
dilakukan untuk mengubah pandangan hidup dari seseorang, membentuk manusia yang
bertanggung jawab, menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang
lain (Mukti,2006:304).
Tujuan umum pendidikan umum pendidikan
tak berbeda dengan tujuan pembabaran agama sebagaimana yang sampaikan oleh
Buddha kepada enam puluh orang arahat. Mereka mengemban misi atas dasar kasih
sayang, demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi
orang banyak. (Vin.1,21), memiliki
pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu berkah utama (Sn.261)
Kurikulum pendidikan agama Buddha yang
berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar mencerminkan kebutuhan
keragaman kompetensi secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan kuriklum pendidikan agama Buddha
sesuai kebutuhan. Penekanan kurikulum pada pendidikan agama Buddha adalah
peserta didik memiliki keyakinan dan pengamalam Buddha Dhamma.
Pendidikan agama Buddha bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (1) Mengembangkan keyakinan (saddha) dan ketakwaan (bhakti) kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Tiratana, Para Bodhisattva dan Mahasattva, (2) Mengembangkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia
melalui peningkatan pelaksanaan moral (sila),
meditasi (samadhi) dan kebijaksanaan (panna) sesuai dengan Buddha Dharma (3)
Mengembangkan manusia Indonesia yang
memahami, menghayati, dan mengamalkan/menerapkan Dharma sesuai dengan
Ajaran Buddha yang terkandung dalam Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka sehingga
menjadi manusia yang bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Dharma dalam
kehidupan sehari-hari, dan (4) Memahami agama Buddha dan sejarah
perkembangannya di Indonesia (kurikulum pendidikan Nasional).
Wilayah kajian pendidikan agama Buddha
menitik beratkan segi moral, kajian moral mencakup duniawi dan kajian keyakinan
(Saddha). Pendidikan agama Buddha
memiliki karakteristik pokok yaitu penguasaan pengetahuan komoperhensif (pariyatti), mengamalkan pedoman
perilaku (patipatti), dan mencapai
kebenaran dhamma (pathivedha).
Belajar tidak hanya mengetahui untuk mengingat (pariyatti) dan mencapai penembusan. “Meskipun seseorang banyak
membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, orang yang
lengah seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak akan
memperoleh makna kehidupan suci” (Dh.19).
Pengetahuan saja tidak akan membuat orang terbebas dari penderitaan, tetapi
juga harus melaksanakannya (Mukti,316.2003).
2.
Materi
Pembelajaran “Hukum-Hukum Universal”
Hukum Niyama
adalah hukum yang mengatatur segala yang terjadi di dunia ini, dengan pembagian
sebagai berikut :
a.
Utu Niyama (hukum musim)
Hukum
tertib “physical inorganik” misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan
yang mencakup pula tertib silih
bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan,
sifat-sifat panas , sifat benda seperti gas, cair dan padat, kecepatan cahaya ,
terbentuk dan hancurnya tata surya dan sebagainya. Semua aspek fisika
dari alam diatur oleh hukum ini.
Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama (mahabhuta)
yaitu (1) unsur pathavi (secara
harafiah berarti "tanah"), (2). unsur
apo (secara harfiah berarti
"air"), (3) unsur tejo
(secara harfiah berarti "api"), (4) unsur vayo (secara harfiah berarti "udara”).
b.
Bija Niyama (hukum biologis)
Hukum
tertib yang mengatur tumbuh-tumbuhan dari benih/biji-bijian dan pertumbuhan
tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, manisnya gula
berasal dari batang tebu atau madu, adanya keistimewaan daripada berbagai jenis
buah-buahan, hukum genetika penurunan sifat dan sebagainya . Semua aspek biologis
makhluk hidup diatur oleh hukum ini.
c.
Kamma Niyama (hukum perbuatan)
Hukum
tertib yang mengatur sebab akibat dari perbuatan , misalnya : perbuatan baik/membahagiakan
dan perbuatan buruk terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik dan
buruk yang sesuai .
d.
Dhamma Niyama (fenomena alam)
Hukum
tertib yang mengatur sebab-sebab terjadinya keselarasan atau persamaan dari
satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam seperti bumi bergetar
pada waktu seseorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang
calon Buddha, atau pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha. Hukum gaya
berat (gravitasi) , daya listrik, gerakan gelombang dan sebagainya,
termasuk dalam hukum ini.
Dhamma
adalah
sesuatu yang menghasilkan sifat dasarnya sendiri (dhareti), yaitu
kekerasannya sendiri ketika disentuh, sifat khusus sekaligus sifat universalnya
adalah berkembang, melapuk, hancur, dan seterusnya. Dhamma yang
dikategorikan dalam hubungan sebab "menghasilkan" fungsi hubungan
sebab tersebut, dan yang dikategorikan dalam hubungan akibat
"menghasilkan" fungsi akibat atau hasil. Pengertian ini meliputi
semua Dhamma yang dibahas dalam Suttanta dan Abhidhamma Pitaka.
Ini juga meliputi hal-hal yang disebutkan dalam Vinaya Pitaka dengan
nama "tubuh aturan" (silakkhandha).
e.
Citta Niyama (hukum psikologis)
Hukum
tertib mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya
: proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran,
kekuatan pikiran / batin (abhinna), serta fenomena ekstrasensorik
seperti telepati, kewaskitaan (clairvoyance), kemampuan untuk mengingat
hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi
dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua
gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern
termasuk dalam hukum terakhir ini.
Citta berarti "yang berpikir" (perbuatan berpikir),
yang mengandung pengertian: yang menyadari suatu objek, juga berarti:
menyelidiki atau memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan
berbeda-beda bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek.
3.
AKTIVITAS
BELAJAR
a.
Belajar
Dalam Pandangan Buddhis
Belajar diibaratkan sebagai petani yang harus
bekerja keras dengan sebaik-baiknya, mengolah tanah, nemabur benih, menyiram
dan sebagainya,
tanamannya juga perlu perawatan dan waktu untuk bersemi, tumbuh bertahap hingga
berbuah, begitu pula dengan bejalar. Belajar memerlukan suatu proses dimana
tidak ada yang instan, belajar perlu usaha, adanya niat, untuk mendapatkan
hasil dan diterpakan dalam kehidupan (A.I:229).
Belajar dalam agama Buddha berasal dari kata (sikkha) latihan, yang berarti berusaha
untuk melakukan sesuatu.
Belajar merupakan jalan satu-satunya untuk
dapat membebaskan diri dari kebodohan. Buddha juga
menjelaskan pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. “Orang yang tidak mau
belajar akan menjadi tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi
kebijaksanaannya tidak berkembang” (Dh.
152).
Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman
yang di dapat dari perjalan kehidupan dan suatu proses karma yang terjadi di
kehidupannya. Belajar adalah suatu
proses yang terjadi dalam individu yang diaktifkan dan dikontrol oleh diri
sendiri. Faktor eksternal tidak dapat menentukan keberhasilan belajar tanpa
adanya kemauan dari si pelajar. “Suci atau tidak suci tergantung pada diri
sendiri, tak seorangpun dapat membuat suci orang lain” (Dh.165).
Belajar adalah kehendak (cetana) dan bagaimana, mengendalikan, melatih, mengembangkan, hingga
menggunakan pikiran. Pengembangan cetana
harus ada keyakinan bagaimana perlunya berubah sehingga akan timbul keinginan untuk
bertekad dan berbuat (A.III,415).
Belajar adalah penemuan diri sendiri, mampu
menentukan apa yang relevan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang akan
dicapai. (Vin.1,23).
Belajar adalah proses kerja sama, Buddha
mengajurkan pada siswannya agar berkelompok, sehingga dapat saling
membantu satu sama lain apabila kurang memahami Dhamma yang diajarkan (D.III,127).
Belajar adalah proses evolusi, karena perubahan
perilaku memerlukan waktu, kesabaran, dan ketekunan. Buddha bersabda “Aku tidak
mengatakan bahwa pencapaian
pengetahuan yang mendalam datang dengan segera; sebaliknya, hal itu datang
melalui latihan yang bertahap, pelaksanaan yang bertahap, dan suatu jalan yang
bertahap” (M.I,479).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bawah belajar adalah proses kehendak
(cetana) dan bagaimana,
mengendalikan, melatih, mengembangkan, hingga menggunakan pikiran,
perubahan perilaku dari yang kurang baik menjadi baik, semakin bertambahnya
pengetahuan dari yang kurang tahu menjadi tahu, dan poses yang terjadi dalam
individu yang diaktifkan dan dikontrol oleh diri sendiri.
b.
Belajar
Dalam Pandangan Umum
Belajar merupakan perubahan tingkahlaku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan
meniru dan sebaginya (Sardiman,2004:20). Ada bebarapa definisi belajar antara
lain sebagai berikut :
Belajar adalah penambahan pengetahuan, dimana
siswa mampu menguasi materi-materi yang diberikan oleh guru disekolah, otodidak
maupum bimbingan belajar (Sardiman,2004:21).
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorag (Arsyad,2011:1).
c.
Aktifvitas
berdasarkan padangan budhis
Aktifvitas dalam pandangan agama Buddha
berlandaskan pada pikirin (citta)
dimana pikiran adalah pelopor pikikiran adalah pembentuk dan pikiran adalah
pemimpin dari segala sesuatu. Pikiran adalah (citta) adalah keadaan yang mengetahui obyek atau keadaan yang
menerima, mengingat, berfikir dan mengetahui obyek (Panjid,2005:7). Suci atau tidak tergantungpada diri
sendiri, tidak seorangpun dapat membuat orang suci (Dh.165)
Cetasika atau kehendak
bentuk-bentuk batin yang sama dengan keadaannya, yang bersekutu dengan
kesadaran dan pikiran yang baik dan tidak baik (Mettadewi,1994:99). Seorang
guru harus mampu mengembangkan bentuk-bentuk batin yang dapat merangsang
keaktifan siswa dalam belajar, seorang guru juga harus mampu memanjakan indera
peserta didik untuk dikembangkan dalam pembelajaran yang aktif.
Aktif berarti mampu
mengembangkan pemikitan pikiran dalam dirinya (Citta) berarti "yang berpikir"
(perbuatan berpikir), yang mengandung pengertian: yang menyadari suatu objek. Citta berarti:
menyelidiki atau memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan
berbeda-beda bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek.
d.
Aktifvitas
Berdasarkan Pedangan Umum
Aktivitas artinya adalah
“Kegiatan atau kesibukan”, aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohan idan
kedua-duanya harus di hubungkan. Prinsip belajar adalah berbuat, tidak ada
belajar jika tidak ada aktivitas.Karena
itu mengapa aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar (Sardiman,2001:93).
Aktvitas belajar sendiri memiliki banyak macam,
sehingga para ahli mengadakan klasifikasi, Diedrich dalam sardiman (2004:101)
membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang di golongkan ke
dalam 8 kelompok yaitu: (1) visual activities,
seperti meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi,
percobaan, dan pekerjaan orang lain), (2) oral
activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi, (3) listening activities, seperti mendengarkan percakapanm dan musik
atau pidato, (4) writting activities,
seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman,
(5) drawing activities, seperti
mengambar, membuat grafis, peta, diagram, (6) motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
(7) mental activities, seperti
memanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat dan mengambil
keputusan, (8) emotional avtivties,
seperti menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gurup.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah kegitan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud adalah
penekanannya pada siswa.
B. PENGERTIAN MEDIA
PEMBELAJARAN
1.
Media
menurut Buddhis
Mengacu pada pembicaraan Buddha srategi
pendekatan dalam pendidikan dapat dibedakan atas, 1) pendekatan positif yang
dimana menimbulkan kesenanangan dan keuntungan, 2) Pendekatan keras, yang
dimana menunjukkan garis keras yang menimbulkan penderitaan, dan 3) gabungan
pendekatan keras dan halus.
Buddha membabarkan dhamma tidak hanya dengan
ceramah, dan menggunakan media yang mono tone, namun Buddha mengulang kotbanya
yang penting di berbagai kesempatan, Buddha menggunakan narasi, diksripsi dan
analisis, Buddha banyak menyampaikan ajaran dalam bentuk cerita, syair dan
media. Dengan menggunakan media seperti pengungkapan konsep untuk menghadapi keterbatasan
kata, karena yang dipentingkah adalah makna yang disampaikan oleh sang Buddha (Mukti,2003:319).
Buddha juga mengajarkan dhamma dengan media
kepada Biku culapanthaka yang tidak pandai mengahafal ini diajar oleh Buddha
untuk duduk menghadap ketimur (Matahari pagi), menggosok kain putih bersih,
mengamatinya seraya mengucapkanm kata-kata “bersih dari kotoran”. Melihat
proses kain itu menjadi kotor kena keringatnya, seketika ia sampai pemahaman
induksi kausalitas dan ketidakkekalan (Dh.A.25).
Pembelajaran yang menarik dan mampu memberikan
keterkatikan, dan pemahaman kepada siswa merupakan modal utama demikian pula
ketika Buddha menjelaskan kepada Kisa Gotami dengan media lada, “Kisa Gotami
cobalah cari segenggam biji lada dari rumah yang tidak pernah ada kematian,
untuk menghidupkan anaknya kembali yang sudah mati (Dh.A.114). Sang Buddha memberikan gambaran media yang mudah kepada
Kisa gotami agar tersadah bahwa kematian itu pasti terjadi kepada siapapun (Mukti.2003:317).
Sang Buddha menjelaskan dengan sinonim,
perumpamaan, contoh-contoh, visualisasi atau peragaan dipergunakan untuk
memberi penjelasan. Buddha mengizinkan orang yang mempelajari ajarannya menggunakan
bahasa dan media masing-masing (Mukti. 2003.319).
Setiap peserta didik memerlukan pengalaman
belajar sendiri maupun dalam kelompok besar, tugas perseorangan sebagai latihan
merupakan cara yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memahami
permasalahan dan memcahkan masalah studi kasus dan lapangan tentu akan memberi
pengalaman belajar yang efektif (Mukti, 2003:320).
Pengetahuan manusia adalah segala sesuatu yang
dijangkauan oleh mata dan bentuk materi, telinga dan bunyi, hidung dan bau,
lidah dan rasa, badan dan obyek-obyek sentuhan, pikiran dan obyek-obyek mental (S.IV,15). Dengan menggunakan media yang
menarik dan aktif untuk merangsang indera maka dengan berbagai media audio dan
visual atau multimedia akan sangat membantu, pencapaian keberhasilan.
2.
Media
Menurut Umum
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata medim yang
secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa
media adalah perantara atau oengatra dari pengirim ke penerima pesan (Arsyad.2011:3).
Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media
adalah manusia, materi maupun kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh ketrampilan dan sikap.
Fleming
(1987:234) mengatakan bahwa media adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya, yaitu mengatur antara
belajar-siswa,dan isi pembelajaran.
Leslie J. Bringgs (1979) media adalah alat
untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film, rekaman video, dan
lain sebagainya. Media merupakan alat untuk memberikan rangsangan bagi peserta
didik supaya terjadi proses belajar (Indriana, 2011:13).
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Banyak batasan atau
pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media, di antaranya adalah: asosiasi
teknologi dan komunikasi pendidikan.
Istilah media bahkan sering dikaitkan atau
dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin “Tekne” (bahasa Inggris art) dan “logos” (bahasa Indonesia Ilmu) jadi media adalah alat bantu dalam
mengajar agama, akan membahas masalah ketrampilan, sikap, perbuatan dan
strategi mengajar agama (Arsyad,2011:6).
Media adalah sarana yang juga disebut channel, karena pada hakekatnya media
memperluas atau memperpanjangkemampuan manusia untuk merasakan, mendengarkan,
dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hampir tidak
terbatas lagi. (Mc. Luhan,1997:2)
Kata model berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara
atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sardiman,1984:6).
Dalam kaitannya dengan komunikasi interaksi
dalam bentuk organisasi Oemar Hamalik (1994:12) berpendapat bahwa media
komunikasi adalah suatu media atau alat bantu yang digunakan oleh suatu
organisasi untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang
maksimal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan media pembelajaran
adalah alat yang digunakan oleh guru yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memudahkan guru menyampaikan pembelajaran kepada anak didik.
3.
Pengertian
Multimedia Pembelajaran
Multimedia merupakan penggabungan dua kata
yaitu “multi” dan “media”. Multi berarti “banyak” sedangkan
media atau bentuk jamaknya berarti “medium”.
Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (bahasa
latin, nouns) yang berarti banyak,
bermacam-macam, dan medium (bahasa latin)
yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa
sesuatu. Kata medium
dalam American Heritage Electronic Dictionary (1991)
juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan
informasi (Rachmat dan Alphone, 2005/2006).
Tahun 1990, Multimedia masih berarti kombinasi
antara teks dan gambar atau animasi saja. Pengembangan metode dokumen image dilengkapi penggunaan faksimile,
yang mengkonfersi dokumen menjadi lebih besar (Sutopo,2003:3).
Multimedia pembelajaran adalah aplikasi
multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran (pengetahuan, keterampilan
dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
peserta didik sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan
terkendali (Ariani,Harianto,2010:26).
Multimedia adalah sembarang kombinasi yang
terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang diterima oleh
pengguna melalui hardware komputer. Multimedia
merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang
berpadu seperti teks, grafik, animasi dan video untuk membentuk aturan
informasi ke dalam sistem komputer.
Multimedia pembelajaran adalah aplikasi multimedia
yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan
pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga secara sengaja proses
belajar terjadi, bertujuan dan terkendali (Ariani,Harianto,2010:26).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran adalah pengembangan media bahan ajar
menggunakan alat sepeti video, audio, gambar, dan animasi yang dijadikan satu
dalam bentuk media.
C. MEDIA PEMBELAJARAN INTERATIF
(MPI)
1. Pengertian MPI
Media
pembelajaran adalah aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses
pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,
Keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan peserta didik sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan
dan terkendali (Ariani,Harianto,2010:26).
Pakar
model pembelajaran interaktif (MPI) mengemukakan bahwa model pembelajaran MPI
diartikan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, perasaan, perhatian, dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Bentuk-bentuk
media yang digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih
kongkrit. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan
kata-kata agar dapat kita harapkan hasil dari pembelajaran itu.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran
interaktif (MPI) adalah pembelajaran yang dikemas dalam suatu media yang
dijadikan satu dalam komputerisasi yang terdiri dari audio, video, gambar, dan
animasi guna penyampaian yang lebih mudah kepada anak didik.
2.
Keistimewaan
dari MPI
a.
Keistimewaan dari multimedia
interaktif yang tidak dimiliki oleh media lain di antaranya :
1)
Pembelajaran dengan
menggunakan media interaktif akan memberikan umpan balik guru ke siswa dan
siswa ke guru.
2)
Multimedia pembelajaran
akan memberikan kemudahan yang sistematis dalam pembelajaran.
3)
Pembelajaran dengan
menggunakan media interaktif akan lebih menarik, lebih interaktif, kualitas
belajar dapat di lakukan dimana dan kapan saja serta sikap belajar siswa dapat
ditingkatkan, dan media mampu memberikan rangsangan kepada anak sehingga otak
berfungsi dengan optimal.
3.
Manfaat
Media Pembelajaran Interaktif (MPI)
Sudjana (2010:2) ada beberapa manfaat dari
penggunaan media pemebelajaran adalah sebagai berikut :
1.
Proses belajar menjadi
menarik dan cenderung siswa tidak bosan sehingga menumbuhkan motivasi belajar
siswa.
2.
Bahan pengajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami olej para siswa dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3.
Terjadinya interaksi
antara guru dan siswa.
4.
Proses pembelajaran
lebih interaksi sehingga objek bisa besar/kecil, Efisiensi waktu dan tenaga sehingga
gerak bisa cepat/lambat, meningkatkan kualitas hasil belajar sehingga kejadian masa
lalu, objek yang kompleks. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja
sehingga konsep bisa luas atau sempit. Menumbuhkan sifat positif belajar
terhadap proses dan materi belajar sehingga mengatasi sikap pasif peserta,
meningkatkan peran guru kearah yang lebih positif dan produktif sehingga
menciptakan persamaan pengalaman, dan persepsi peserta yang heterogen.
Sementara
itu menurut Arsyad (2011:27) mengemukakan pendapatnya bahwa manfaat dari media
adalah :
1.
Media pembelajaran
dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
mengingatkan proses dan hasil belajar.
2.
Media pembelajaran
dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan
motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,
dan kemingkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
3.
Media Pembelajaran
dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
4.
Jenis
Media-Media MPI
MPI
dapat dikombinasikan dengan berbagai macam bentuk dan jenis media menjadi suatu
setting pelajaran. Jenis media yang sering digunakan adalah :
1)
Teks
Teks
merupakan medium yang digunakan pada Paket, termasuk dalam video, ataupun
televisi.
2)
Grafis
Grafis
memiliki banyak kelebihan seperti layaknya ungkapan”sebuah gambar mengandung
makna sejuta kata”. Dengan tampilannya yang ilustratif, keberadaan grafis dapat
meningkatkan daya tangkap pengguna. Penggambaran konsep secara lebih nyata akan
menunjukkan dengan cepat antara objek dengan ide, sehingga lebih memudahkan
pengguna untuk mengklasifikasikan bermacam-macam objek. Selain mempermudah
tampilan multimedi interaktif keberadaan
grafis akan lebih memancing emoso atau perhatian pengguna
3)
Foto
Foto
dapat berfungsi sebagai media penunjang untuk meningkatkan perhatian serta
pemahaman terhadap materi tertentu. Foto juga dapat memberikan informasi
tentang benda atau situasi nyata yang tidak memerlukan grafik.
4)
Video
Video
merupakan media penunjang untuk meningkatkan perhatian serta pemahaman terhadap
materi tertentu. Video bermanfaat untuk menyampaikan informasi yang mengandung
unsur gerak, audio, dan visual, situasi kejadian nyata, serta kondisi
berbahaya.
5)
Audio, dan
Audio
meliputi semua kata dan ucapan mulut (narasi, dialog), musik (instrumental dan
vokal), suara natural maupun efek (sound effect), audio memperkuat informasi
yang telah diberikan melalui teks, foto, grafik, video, maupun animasi. Pada
format multimedia interaktif, audio diaplikasikan melalui video disc, video tape,
audio tape. Namun seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih,
aplikasi audio bisa dilakukan melalui proses digitalizing komputer.
6)
Animasi
Animasi
memberikan visualisasi terhadap informasi tentang suatu konsep yang mengandung
unsur gerak. Animasi dapat berperan sebagai pengganti video, yang tidak
terdapat dalam hal nyata (Arifin,
2004.213). kelebihan animasi antara lain: memiliki ruang manipulasi desain
tinggi, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengontrol jalannya program
(interaktif).
D. Kerangka Berfikir
Multimedia
pembelajaran interaktif
|
Aktifitas belajar
pendidikan agama Buddha
|
E. Hipotesa
Hipotesis
kerja yang dilakukan dalam penelitian ini berbunyi “Bagaimana pengaruh
penggunaan media interaktif materi hukum-hukum universal terhadap aktivitas
belajar pendidikan agama Buddha kelas X SMK Pembangunan Ampel Boyolali tahun
pelajaran 2013/2014”.
0 komentar:
Posting Komentar