Kamis, 14 Mei 2015



Demikianlah yang telah kami dengar,
Pada suatu ketika Sang Buddha bersemayam di Rajagraha di Gunung Gridhrakuta, dihadap oleh 12.000 Bhiksu yang semuanya telah mencapai kesucian Arahat, yang tiada tercela, yang telah bebas dari ikatan keduniawian, yang telah mengatasi segala belenggu dan yang telah dapat mengendalikan pikiran dan nafsu keinginannya.

Mereka semua adalah para Arahat yang namanya telah terkenal antara lain adalah Arahat :
Ajnata Kaundinya - Maha Kasyapa - Uruvilva Kasyapa - Gaya Kasyapa - Nadi Kasyapa - Sariputra - Maha Maudgalyayana - Katyayana - Aniruddha - Kapphina - Gavampati - Revata - Pilindavasta - Vakkula - Maha Kaushthila - Nanda - Sundara Nanda - Purna - Maitrayaniputra- Subhuti - Ananda - dan Rahula.

Disamping para Arahat yang termashur itu, datang pula menghadap kira-kira 2000 orang Saiksha dan Asaiksha; Bhiksuni Mahaprajapati dengan diiringi oleh 6000 orang pengikutNya. Demikian pula hadir Bhiksuni Yasodara, ibunda Pangeran Rahula, juga diikuti oleh para pengikutnya.
Datang pula menghadap Sang Buddha sekitar 80.000 orang Bodhisatva-Mahasatva, yang semuanya berhati teguh dan berpendirian kukuh, tanpa ragu-ragu dan tidak akan murtad lagi. Mereka semua mempunyai tujuan yang satu ialah untuk mencapai Penerangan Sempurna (Bodhi). Para Bodhisatva ini semuanya telah memperoleh Dharani tanpa mundur sedikitpun. Mereka para Bodhisatva yang tiada terhitung jumlahnya telah mendapat bimbingan dan pembinaan dari Sang Buddha, yang menyebabkan mereka telah dapat menanamkan akar dari kebajikan yang selalu dipuja dan disanjung oleh mereka itu.
Berkat bimbinganNya maka para Bodhisatva telah melaksanakan amal kebajikan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari yang telah memiliki kebijaksanaan keBuddhaan dan telah berhasil menembus pengetahuan tertinggi, sehingga mereka telah berhasil mencapai pantai seberang yang telah terkenal diseantaro jagat. Mereka dengan kebajikannya yang telah diamalkan dalam kehidupanNya, telah berhasil menyelamatkan ratusan ribu mahluk.


Adapun nama-nama para Bodhisatva tersebut antara lain ialah ; 


Bodhisatva Manjusri; 
Bodhisatva Avalokitesvara; 
Bodhisatva Mahastamaprapta; 
Bodhisatva Sarvathanaman; 
Bodhisatva Nityadyukta; 
Bodhisatva Anikshiptadhura; 
Bodhisatva Ratnapani; 
Bodhisatva Baishagyaraga; 
Bodhisatva Pradanasura; 
Bodhisatva Ratnakandra; 
Bodhisatva Ratnaprabha; 
Bodhisatva Rurnakandra; 
Bodhisatva Mahavikramin; 
Bodhisatva Trilokavikramin; 
Bodhisatva Bhadrapala Anantavikrama; 
Bodhisatva Mahapratibhana; 
Bodhisatva Satatasamitabhiyukta; 
Bodhisatva Dharanidhara; 
Bodhisatva Akshayamati; 
Bodhisatva Padmasri; 
Bodhisatva Nakshatraya; 
Bodhisatva Simha.


Pada waktu itu hadir pula Sakra Dewa Indra dengan diikuti oleh 20.000 orang Putera Dewata, diantaranya ;

Putera Dewata Candra,
Putera Dewata Surya,
Putera Dewata Samantaganda,
Putera Dewata Ratnaprabha.

Serta pula ke-empat Maharaja Langit : Dhrtarashtra - Viradhuka - Virupaksha - Vaisravana dengan 10.000 orang Putera Dewata menyertainya.
Dewa Isvara dan Dewa Mahesvara diikuti oleh 30.000 orang Putera Dewata.
Maha Brahma Sikhin, penguasa alam semesta dan Maha Brahma Gyatipraba dan lain-lainnya, disertai oleh 12.000 orang Putera Dewata.
Demikian pula ada delapan Raja Naga, yaitu Raja Naga Nanda, Raja Naga Upananda, Raja Naga Sagara, Raja Naga Vasuki, Raja Naga Takshaka, Raja Naga Anavatapta, Raja Naga Manasvin, dan Raja Naga Utpalaka, masing-masing dengan pengikutnya.
Nampak pula ke-empat Raja Garuda yaitu : Raja Garuda Mahatega, Raja Garuda Mahakaya, Raja Garuda Mahapurna, Raja Garuda Maharddiprapta, masing-masing dengan beberapa ratus ribu pengikutnya.
Lain dari pada itu : Raja Ajatasatru, Putera Vaidehi dengan beberapa ratus ribu pengikutnya.
Masing-masing sujud pada kaki Sang Buddha, kemudian mengundurkan diri dan duduk disamping.
Pada waktu itu Yang Disujud Dunia, Yang Dipuja, disujudi, dihormati dan disanjung oleh ke-empat golongan : Bhiksu-Bhiksuni dan para Upasaka-Upasika.
Untuk kepentingan para Bodhisatva Sang Buddha memberikan khotbah Mahayana Sutra yang disebut "DHARMA PARYAYA" sebagai ajaran bagi para Bodhisatva dan yang dipelihara dan diperhatikan oleh para Buddha.
Setelah mengkhotbahkan Sutra ini Sang Buddha duduk bersila dan memasuki samadhi yang disebut "PANGKALAN TANPA BATAS" dimana raga dan pikiran tak bergerak.
Pada waktu itu dari langit turun hujan bunga Mandarava - Mandarava Besar - Manjushaka - dan Manjushaka Besar yang menghujani Sang Buddha dan pesamuan agung itu, sedang Buddhaloka bergetar dalam enam macam gerak.
Lalu pesamuan para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika - Dewa - Naga - Yaksha - Gandrava - Asura - Garuda - Kimnara - Mahoraga - Mahluk-mahluk yang tampak dan yang tidak tampak; termasuk raja-raja rendahan dan segenap Raja Pemutar Roda; seluruh pesamuan itu mengalami hal yang belum pernah dialami sebelumnya.
Dengan rasa gembira dan dengan kedua tangan tertelungkup serta dengan pikiran yang sama, mereka semua menatap Sang Buddha.
Kemudian dari lingkaran rambut putih yang berada diantara kedua keningnya (urna) Sang Buddha keluar pancaran cahaya yang menyinari ke-18.000 negara-negara disebelah Timur, sehingga tak ada sesuatu yang tidak tertembus dan kebawah sampai pada Neraka Avici, keatas sampai pada Surga Akanishtha.
Dalam alam ini dimana terdapat negara-negara itu, segenap mahluk hidup dari ke-enam tingkatan.
Dapat dilihat pula para Buddha yang bersemayam ada dinegara-negara itu. Juga dapat didengar Sutra-sutra yang dikhotbahkan oleh para Buddha.
Dapat pula disaksikan adanya Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika yang telah menjalankan dan mendapatkan Jalan Kesempurnaan.
Lebih lanjut dapat dilihat para Bodhisatva-Mahasatva yang menjalankan ke-Bodhisatvaanya dari segala aliran dengan bermacam-macam perbedaan kepercayaan dan melaksanakan bermacam-macam cara.
Demikian pula dapat disaksikan para Buddha yang telah mencapai Pari-Nirvana, dapat pula dilihat stupa-stupa, terbuat daripada tujuh macam bahan untuk menempatkan Sarira ( relik ) para Buddha, yang didirikan setelah para Buddha mencapai Pari-Nirvana.

Pada saat itu Sang Bodhisatva Maitreya memberi sambutan begini ;

"Sekarang Yang Dihormati Dunia menunjukkan tindak yang demikian menakjubkan. Apakah gerangan makna kejadian yang penuh memberi harapan ini ? " -
Karena Sang Buddha, Yang Dihormati Dunia telah memasuki samadhi maka terjadilah kegaiban-kegaiban yang tak dapat dimengerti karena belum pernah terjadi. Kepada siapakah kita akan bertanya dan siapakah yang akan mampu memberikan jawabannya ?"

Selanjutnya Ia berkata :

"Disini hadir Manjusri, Putera Buddha yang telah dapat menjadi JINA, yang selalu berhubungan dan bersujud kepada para Buddha yang lampau dan pernah pula menyaksikan tanda-tanda kegaiban seperti ini. Baiklah kutanyakan padaNya" -

Demikian pula para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika dan segenap mahluk-mahluk dewata, naga dan mahluk-mahluk halus lainnya menyambung begini ;

-" Kepada siapa kami akan minta keterangan tentang cahaya gaib dari batin Sang Buddha ini ?" -

Lalu Bodhisatva Maitreya, berhasrat untuk mengatasi keragu-raguan diri pribadi-pribadinya dan memperhatikan pula pikiran yang timbul dari hati peserta pesamuan para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika maupun para dewata, naga dan mahluk-mahluk halus lainnya. Maka bertanyalah Ia kepada Manjusri :

- " Apakah gerangan sebab dan makna kejadian yang penuh harapan dan gaib ini, yang memancarkan sinar terang yang demikian cemerlang yang menerangi ke 18.000 negara-negara sebelah Timur dan yang membuka kemuliaan wilayah-wilayah Buddha itu ? " -
Terhadap masalah tersebut Bodhisatva Maitreya berkehendak membahas arti dan hakekat dari peristiwa tersebut dengan syair sebagai berikut :

Wahai Manjusri,

Mengapa dari lingkaran rambut putih Guru kami
Yang berada di antara kedua keningNya itu
Memancar sinar terang yang gemerlapan ?

Hujan bunga Mandarava dan Manjushaka

Yang baunya semerbak harum cendana
Sungguh sangat mengasyikkan hati kami

Karena kejadian yang penuh kegaiban ini

Seluruh alam semesta di liputi kemuliaan
Sedang dunia bergetar dalam enam macam gaya
Yang menyebabkan keempat golongan bergembira
Merasa berbahagia dalam pikiran dan perbuatan
Mangalami kejadian yang belum pernah dialaminya
Sinar yang memancar dari kedua kening itu
Menerangi bagian Timur dari alam semesta ini
Dimana terdapat delapan belas ribu negara
Semuanya berwarna keemasan mulai Neraka Avici
Hingga puncak-puncak dari seluruh dunia
Dimana hidup mahluk-mahluk dari keenam tingkatan

Kemajuan yang dialami semua mahluk-mahluk itu

Dengan melalui proses lahir dan meninggal
Dimana mereka menikmati pahala dari karma baiknya
Merasakan ganjaran dari perbuatan jahatnya
Semuanya kulihat jelas dari sini …………

Kusaksikan pula para Buddha, para Guru Suci

Para Wadisimha menjelaskan sutra yang gaib dan luhur
Yang disampaikannya dengan suara mantap dan lembut
Kepada ribuan keti Bodhisatva yang dapat menghayatinya

Mereka mengkhotbahkan Sadharma

Dalam dunianya masing-masing
Dengan memberi penjelasan dengan berbagai macam cara,
Yang dapat memberikan pengertian semua mahluk

Sudharma juga disampaikan kepada yang malang

Yang sakit karena telah lanjut usianya
Dimana maut selalu mengancamnya setiap saat
Bagi mereka ini juga ditunjukkan jalan Nirvana
Untuk menghentikan segala sesal dan derita

Bilamana semuanya telah menikmati bahagia

Setelah mereka memuja dan bersujud kepada Buddha
Bagi mereka yang bercita-cita mencari Dharma Agung
Baginya akan ditunjukkan Jalan Pratyeka Buddha

Bagi para putra Buddha yang telah melaksanakan

Berbagai macam tugas dan kewajibannya dengan baik
Bercita-cita hendak mencari Kebijaksanaan Sempurna
Akan ditunjukkan Jalan Kesempurnaan itu

Wahai Manjusri,

Dari sini kusaksikan dan kudengar dengan jelas
Berbagai masalah yang dialami ribuan keti Bodhisatva
Yang akan kujelaskan secara singkat:

Kusaksikan di berbagai negara para Bodhisatva

Demikian banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga
Yang telah mencapai berbagai tingkat kesempurnaan
Yang semuanya bertujuan mencari Jalan Kebuddhaan

Berbagai pengorbanan yang telah mereka laksanakan

Untuk mencari jalan yang menuju KeBuddhaan itu
Ada dengan jalan berdana emas dan ratna manikam
Jamrud, intan dan permata yang tiada ternilai mutunya
Bahkan ada yang mempersembahkan kereta dengan kudanya
Kendaraan dan tandu yang ditabur dengan permata
Semua persembahan ini dihaturkan dengan hati ikhlas

Mereka semua menuju kepada Jalan Kebuddhaan yang dicita

Mereka semua berusaha mendapatkan Yana-yana dalam samadhi
Yang unggul di tiga alam disempurnakan oleh para Buddha

Ada pula para Bodhisatva mempersembahkan kereta kencana

Yang ditarik oleh empat ekor kuda yang tempat duduknya
Dengan sandarannya dihias indah menawan hati

Kusaksikan pula para Bodhisatva yang berdana

Dengan mempersembahkan daging, tangan dan kakinya sendiri
Bahkan mempersembahkan anak dan istrinya sebagai persembahan
Untuk mendapatkan Jalan Yang Luhur Sempurna itu

Kusaksikan pula para Bodhisatva yang berdana

Dengan mempersembahkan kepala, mata dan badanNya
Dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan
Untuk bisa mencapai Kebijaksanaan Kebuddhaan

Wahai Manjusri,

Kusaksikan banyak raja-raja
Menghadap kepada para Buddha
Kemudian meninggalkan kerajaannya
Istana, para menteri dan selir-selirnya
Mencukur rambut dan janggutnya
Mengenakan jubah Dharma Cakra

Kusaksikan pula para Bodhisatva

Menjelma menjadi seorang Bhikku
Hidup menyendiri mengasingkan diri
Sambil membaca sutra dengan tekun

Kusaksikan pula Bodhisatva

Yang dengan sungguh-sungguh dan tekad bulat
Memasuki pedalaman dari hutan di pegunungan
Untuk merintis Jalan Kebuddhaan

Kusaksikan mereka yang telah bebas dari nafsu

Selalu merenung dalam keheningan pegunungan
Dengan tekun melaksanakan tapa samadhi
Untuk dapat memiliki lima kekuatan gaib

Selanjutnya kusaksikan Bodhisatva

Dengan tenang melaksanakan samadhi
Menelaah ribuan bait ayat-ayat Dharma
Menghormat dan memuja raja Dharma

Juga kusaksikan Bodhisatva

Yang teguh tekadnya dalam kebijaksanaanNya
Telah memberikan teladan yang tiada terhitung
Mengajarkan Kesunyataan kepada kalayak ramai
Dengan penuh kegembiraan dan pengabdian
Untuk membina para Bodhisatva
Untuk dapat membinasakan tentaranya Mara
Dengan jalan memukul genderang Dharma

Kusaksikan pula Bodhisatva

Yang sempurna dan tenang dalam samadhinya
Yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Naga
Namun meskipun dihormati, Ia tidak merasa bangga

Kusaksikan lagi para Bodhisatva

Yang bersemayam dalam hutan memancarkan cahaya
Yang selalu berusaha menyelamatkan penghuni neraka
Membimbingnya untuk memasuki Jalan Buddha

Kusaksikan pula putra-putra Buddha

Yang berkelana dalam rimba tanpa tidur
Dengan bersemangat mencari Jalan Buddha

Selanjutnya kusaksikan pula

Mereka yang taat melaksanakan peraturan suci
Yang sempurna dan murni ibarat mutiara
Dengan sepenuh ketekunan mencari Jalan Buddha

Dan kusaksikan putra-putra Buddha

Dalam usahanya mencari Jalan Buddha
Tabah dan teguh hatinya menghadapi cacian
Kebencian dan serangan yang keji
Dari orang-orang yang congkak dan sombong
Kusaksikan pula Bodhisatva
Yang telah meninggalkan kesenangan duniawi
Dan semua teman-temannya yang bodoh dan dungu
Yang selalu bergaul dengan orang bijaksana
Yang dengan keteguhan imannya dapat bebas dari godaan
Setelah memusatkan pikiran di hutan pegunungan
Selama ribuan keti tahun untuk mencari Jalan Buddha

Selanjutnya kusaksikan lagi para Bodhisatva

Yang menghadiahkan makanan dan obat-obatan
Kepada para Buddha dan Bhiksu sebagai dana
Juga memberikan pakaian dan perhiasan indah
Yang harganya tidak ternilai.

Juga ada yang memberikan ribuan macam dana

Berupa gedung yang indah terbuat dari kayu cendana
Lengkap dengan peralatan tidur yang indah
Kepada para Buddha dan para Bhiksu

Ada pula yang memberikan taman yang indah permai

Penuh berhiaskan bunga yang indah dan buah-buahan
Dengan pancuran dan kolam-kolam renang yang cantik
Kepada para Buddha dan para Bhiksu sebagai dana

Semua pemberian itu sungguh menakjubkan

Karena semuanya diberikan dengan hati ikhlas
Sebagai cara untuk mencapai Jalan Sempurna

Ada pula Bodhisatva mengajar mahluk hidup

Tentang keseimbangan batin dengan berbagai cara
Demikian pula ada lagi Bodhisatva menyimpulkan
Bahwa sifat dari Hukum Kesunyataan itu
Bukan merupakan dua hal yang saling berlawanan
Melainkan tunggal adaNya

Kusaksikan pula putra-putra Buddha

Yang batinnya telah bebas dari kemelekatan
Dengan kebijaksanaan maha gaib ini
Mereka merintis dan mencari Jalan Luhur

Wahai Manjusri,

Ada pula para Bodhisatva menghormat sarira Buddha
Setelah para Buddha moksha mencapai Pari Nirvana
Juga kusaksikan para putra Buddha mendirikan stupa
Tak terhitung bagaikan pasir di sungai Gangga banyaknya
Menghias stupa itu dengan indah tinggi menakjubkan
Tingginya 5000 jojana dengan tinggi dan lebarnya serasi

Tiap stupa diberi ribuan panji dan bendera

Dikitari dengan tirai berhiaskan permata gemerlapan
Genta-genta indah dengan suaranya merdu syadhu
Bunga dirangkai dengan baunya yang harum mewangi
Menjadi persembahan dari para Dewa, mahluk halus
Umat manusia dan yang bukan tergolong umat manusia
Yang selalu disujud sahdu kepada Sang Buddha

Wahai Manjusri,

Kusaksikan putra-putra Buddha menghormati reliknya Buddha
Menghias stupa-stupa itu dengan indah gemerlapan
Bagaikan raja pohon kayangan dalam musim semi

Pada waktu itu Sang Buddha memancarkan sinar tunggal

Sehingga kami peserta pesamuan agung melihat bangunan itu
Yang indahnya tidak dapat dilukiskan sungguh luar biasa

Sungguh jarang ada daya gaib yang memancar terang

Dari Kebijaksanaan Sang Buddha dengan sinar tunggalnya
Menerangi kawasan-kawasan yang tak terhitung jumlahnya

Kami yang menyaksikan dan mengalami

Semuan yang belum pernah kami saksikan dan alami

Wahai Manjusri, putra Buddha

Dapatkah kau menghilangkan semua keraguan mereka
Lihatlah keempat golongan menghimbau menatapMu
Mengharapkan penjelasanMu tentang sinar terang
Yang memancar dari diri Yang Dihormati Dunia ?

Wahai putra Buddha, berilah jawabanMu

Bebaskanlah hati kami dari keragu-raguan
Supaya kami dapat gembira dan senang
Apakah gerangan manfaat sinar terang itu
Yang memancar cemerlang dari diri Sang Buddha ?

Duduk diatas singgasana kebijaksanaan

Telah mencapai Dharma yang maha sempurna
Apakah Beliau akan mengajarkan Dharmanya
Atau apakah Beliau akan memberikan wangsit ?

Sumber: "The Lotus Sutra" By Soothill And Kern
Diterjemahkan oleh Giriputra Soemarsono dan Drs.Oka Diputhera
Terbitan: Departemen Agama Republik Indonesia
dan http://saddharmapundarikasutra.blogspot.com/

Posted by Unknown On Kamis, Mei 14, 2015 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blogger news

    Blogger news

    Namo Buddhaya

    Situs Ini adalah situs untuk berbagi pengetahuan dalam bidang pendidikan agama Buddha, 1. Terdapat perangkat Pembelajara (RPP, Silabus, dan Media) 2. Tutorial media 3. How to fix problem dan lain sebagainya
    bagi anda yang berkenan membagi hasil dan karya anda silahkan kirimkan ke Mr.Tri.Suyatno@gmail.com dan Mohon Komentarnya ... :D Thanks Namo Buddhaya

    Blogroll

    About