Selasa, 12 Mei 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MENTAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses untuk merubah perilaku peserta didik yaitu upaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.
Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi yang baik, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang lebih baik.
Menurut teori Behavioristik pembelajaran merupakan usaha guru dalam membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). agar terjadi hubungan stimulus dan respons (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan). Dalam Undang -Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 di nyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran terjadi proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan pembentukan sikap tingkah laku pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran mempunyai pengertian yang hampir sama dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik.
Menurut Harefa (dalam Pidarta, 2007:196), dari bidang atau mata pelajaran keilmuan, pembelajaran berarti belajar bagaimana belajar atau learning how to learn dan belajar bagaimana berpikir atau learning how to think sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan tertentu. Dilihat dari bidang atau mata pelajaran keterampilan, pembelajaran berarti belajar melakukan atau learning how to do Dilihat dari bidang atau mata pelajaran yang bersifat sosial budaya, pembelajaran berarti belajar bergaul atau learning how to live together.
Terkadang usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran memiliki beberapa kendala sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Pendidik sebagai penggerak dalam pembelajaran memiliki peran yang amat penting untuk mengetahui kondisi peserta didik dalam melakukan tugasnya, agar pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan maka pendidik harus memiliki tugas mengetahui kondisi peserta didik maupun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran baik itu dalam diri peserta didik maupun kondisi yang terdapat diluar peserta didik.
Menurut ngalim purwanto (1992.102) menjelaskan bahwa proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor . Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:
1)        Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual yaitu faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdaasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2)        Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar dan motivasi sosial.
Menurut Muhibbin (1999.130) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Sedangkan  menurut  Sumadi  Suryabrata (1998.233),  faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1)  Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih dapat digolongkan menjadi dua golongan, dengan catatan overlapping tetap ada, yaitu: a)   Faktor-faktor non-sosial yaitu: (1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara, cahaya, cuaca dan lain sebagainya. (2) Faktor instrumental, yaitu perangkat  belajar, hardware, seperti  gedung  sekolah,   alat-alat belajar,
fasilitas belajar dll. Software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya. b)   Faktor-faktor sosial yang meliputi lingkungan social keluarga dan lingkungan sosial masyarakat
2)   Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a)         Faktor-faktor fisiologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
b)        Faktor-faktor psikologis yaitu keadaan psikologis seseorang diantaranya kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Pada aspek psikologis siswa, faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain tingkat intelegensia, perhatian dalam belajar, minat terhadap materi dan proses pembelajaran, jenis bakat yang dimiliki, jenis motivasi yang dimiliki untuk belajar, tingkat kematangan dan kedewasaan, faktor kelelahan mental atau psikologis, tingkat kemampuan kognitif siswa, tingkat kemampuan afektif siswa, serta bentuk-bentuk lainnya (Irham.2013.127).
Dalam Abhidhammatthasangaha II dijelaskan bahwa faktor-faktor mental disebut cetasika yaitu keadaan yang bersekutu dengan citta atau kesadaran (Kaharudin, 1991, II,108). Faktor-faktor mental berpengaruh terhadap batin, apakah batin menjadi terang ataukah gelap, menguntungkan ataukah merugikan, mudah diatur ataukah susah diatur, welas asih ataukah kejam, oelh karena itu, untuk mengembangkan kebaikan dan menghindari kejahatan, maka penting sekali untuk mempelajari berbagai macam tipe-tipe faktor-faktor mental beserta karakteristik-karakteristiknya (Susila (2012,I,69).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat di pahami bahwa pembelajaran itu merupakan proses yang cukup kompleks yaitu proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan pembentukan sikap tingkah laku. Keberhasilan dari proses tersebut tergantung bagaimana seorang guru biasa memberikan motivasi kepada anak didik untuk memberdayakan faktor-faktor mental yang berguna dan menekan faktor-faktor mental yang merugikan. Setiap individu yang mengalami proses pembelajaran akan menampakkan keberhasilan jika semua faktor-faktor mental yang pendukung kearah lebih baik di maksimalkan dengan sebaik mungkin dan faktor-faktor mental yang merugikan di hindari. Oleh karena itu dalam makalah ini akan menggali beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran, namun karena luasnya faktor-faktor tersebut maka sesuai dengan topik pembahasan dalam mata kuliah Psikologi Buddhis maka penulis akan membatasi membahas hanya faktor psikis saja yang tentu faktor-faktor tersebut digali dari agama Buddha yaitu faktor-faktor mental (cetasika) yang terdapat dalam kitab suci Abhidhamma.
B.     Rumusan Masalah
1.        Apakah konsep faktor faktor mental/batin?
2.        Bagaimana karakteristik Faktor-faktor mental/batin?
3.        Apa saja faktor mental universal?
4.        Apa saja faktor mental particular?
5.        Apa saja faktor mental tidak berguna/sehat?
6.        Apa saja faktor mental yang indah/sehat?
7.        Bagaimana implikasi faktor -faktor mental hubungannya dengan pembelajaran?
C.     Tujuan Penulisan
1          Menjelaskan konsep faktor faktor mental/batin
2          Mengetahui karakteristik faktor-faktor mental/batin
3          Mengetahui faktor mental universal
4          Mengetahui faktor mental particular
5          Mengetahui faktor mental tidak berguna/sehat
6          Mengetahui faktor mental yang indah/sehat
7          Menjelaskan implikasi faktor -faktor mental hubungannya dengan pembelajaran
D.    Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar bisa mengetahui faktor-faktor mental yang dimiliki oleh peserta didik menurut Buddha Dhamma dan hubungannya dengan pembelajaran. Sehingga dalam proses pembelajaran sebagai seorang pendidik dapat merancang model atau metode pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor mental yang dimiliki anak didik, faktor mana yang hendaknya dikembangkan dan faktor-faktor mental apa saja yang harus ditekan sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara oktimal.
. BAB II PEMBAHASAN

A.  Konsep Faktor faktor Mental/Batin
Faktor-faktor mental/batin dalam Abhidhamma disebut cetasika yaitu keadaan yang bersekutu dengan kesadaran/pikiran (citta). Metadewi (1994, 97) menjelaskan bahwa kelompok batin yang terdiri atas citta dan cetasika itu selalu timbul dan padam bersama. Jika citta timbul maka cetasika pun ikut timbul dan sebaliknya apabila citta padam maka cetasika pun juga ikut padam. Hal ini dapat diibaratkan dengan bayangan suatu benda yang tidak pernah berpisah dengan bendanya.
Hubungan ini, menurut Hukum Hubungan Yang Berkondisi Patthana disebut "hubungan keterkaitan (asosiasi)" (sampayutta paccayo) Kedua realitas ini bekerja saling mendukung. Walaupun demikian, kesadaran disebut sebagai pelopornya, sementara faktor-faktor mental membantu proses pengenalan dan pemahaman terhadap objeknya. Kombinasi antara faktor-faktor mental dan kesadaran ini disebut "batin atau mental" Susila (2012,I,68).
Menurut Sikkhananda (2011, 61) hubungan antara kesadaran dan faktor mental bagaikan presiden dan rombongannya dimana jika seorang presiden datang di suatu tempat selalu datang disertai oleh rombongannya. Begitu juga dengan kesadaran, kesadaran muncul selalu disertai oleh faktor mental. Sedangkan Susila (2012,I,109) menjelaskan bahwa faktor-faktor mental dan kesadaran adalah saling berketergantungan faktor-faktor mental membantu kesadaran di dalam keseluruhan tindakan kognitif, apakah itu tindakan mencicipi rasa, melihat sebuah objek, mendengar suara, mencium bau, merasakan objek yang berbentuk, atau mengalami objek mental. Tanpa bantuan faktor-faktor mental, maka kesadaran tidak bisa mengenali dan memahami sebuah objek secara menyeluruh.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa muncul dan tenggelamnya faktor-faktor mental cetasika selalu bersama-sama dengan muncul dan tenggelamnya kesadaran dan cetasika ini menentukan baik buruknya suatu kesadaran.
Faktor-faktor mental/batin (cetasika) yang berjumlah 52 jenis tersebut secara garis besar dalam Abhidhammatthasangaha II (1991, 103-104) terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1)        Annasamana Cetasika 13, bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan kesadaran/pikiran yang baik maupun jahat. Cetasika ini sifatnya mengikuti sifat dari citta yang disekutuinya.
2)        Akusala Cetasika 14, bentuk-bentuk batin tidak berguna/ tidak baik Kelompok ini merupakan kelompok cetasika yang memberikan pengaruh buruk kepada citta yang disekutuinya.
3)        Sobhana Cetasika 25,bentuk-bentuk batin berguna/baik karena mereka bersekutu dengan semua kesadaran yang cantik (sobhana citta).

B.  Karakteristik Faktor-Faktor Mental/Batin
Kaharudin (1991,103) menjelaskan faktor-faktor mental (cetasika) berjumlah 52 jenis, gejala yang bersekutu dengan citta disertai dengan 4 macam sifat yaitu:
1)        Ekuppada, yang berarti timbulnya bersama dengan citta.
2)        Ekanirodha, yang berarti padamnya bersama dengan citta
3)        Ekalambana, yang berarti mempunyai objek sama dengan citta.
4)        Ekavatthuka, yang berarti pemakaian objek sama dengan citta.
Menurut Susila (2012,I,70) Faktor-faktor mental memiliki empat karakteristik, sebagai berikut: (1) Mereka muncul bersama dengan kesadaran (ekuppada) (2) Mereka lenyap bersama dengan kesadaran (ekanirodha) (3) Mereka memiliki objek yang sama dengan kesadaran (ekalambana) Contohnya, kalau kesadaran mata menggunakan sebuah objek yang terlihat sebagai objek, maka faktor-faktor mental terkaitnya harus juga menggunakan objek yang sama. (4) Mereka memiliki landasan yang sama dengan kesadaran (ekavatthuka). Contohnya, kalau kesadaran mata muncul bergantung pada landasan mata, maka faktor-faktor mentalnya juga harus muncul bergantung pada landasan mata.
Karakteristik faktor mental/batin (cetasika) memiliki sifat yang tidak sama, sehingga berdasarkan sifat-sifatnya yang berbeda itu dari ke 52 jenis cetasika tersebut dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu: 1)  Annasamana Cetasika 13
Cetasika ini terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Sabbacittasadharana-cetasika 7, yaitu 7 macam bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan semua kesadaran atau pikiran yang baik maupun jahat, Cetasika ini menyertai setiap kejadian tunggal dari kesadaran/pikiran.
b) Pakinnaka-cetasika 6, (6 Macam bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan sebagian kesadaran/pikiran, Cetasika ini dapat berhubungan dengan citta yang baik dan yang tidak baik, cetasika ini tidak bersekutu pada semua kesadaran, tetapi hanya kesadaran/pikiran tertentu saja.)
2)     Akusala Cetasika 14
Cetasika ini terdiri dari 5 jenis yaitu:
a)        Mocatuka Cetasika 4 ( 4 macam bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh moha cetasika.
b)        Lotika Cetasika 3, (3 macam bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh lobha cetasika.
c)        Docatuka Cetasika 4, (4 macam bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh dosa cetasika)
d)        Thiduka Cetasika 2, (2 macam bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh thina cetasika)
e)        Vicikiccha Cetasika 1 (Vicikiccha Cetasika hanya terdiri atas satu jenis, yaitu vicikiccha/keragu-raguan.
3)     Sobhana Cetasika 25
Cetasika ini terdiri dari 4 jenis yaitu:
a)        Sobhanasadharana Cetasika 19 (19 macam bentuk-bentuk batin yang bersekutu hanya dengan kesadaran/pikiran yang baik)
b)        Virati Cetasika 3 (3 macam bentuk-bentuk batin yang terbebas dari kejahatan menjadi pemimpin.)
c)        Appamanna Cetasika 2 (2 macam bentuk-bentuk batin yang tidak terbatas)
d)        Pannindriya Cetasika 1, (1 macam bentuk-bentuk batin yang bijaksana).

C.   Faktor Mental Universal
faktor mental universal merupakan bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan semua kesadaran atau pikiran yang baik maupun yang jahat, Cetasika ini menyertai setiap kejadian dari kesadaran/pikiran manusia yang berhubungan dengan duniawi dan bersifat universal. Susila (2012,I,70-76) menjelaskan bahwa yang termasuk faktor mental universal adalah Sabbacittasadharana cetasika 7 yaitu :
1)      Phassa, yang berarti kontak. Kontak berarti kemampuan untuk menyentuh atau menekan objek yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Namun perlu di ketahui bahwa istilah kontak ini bukan berarti kontak secara fisik.
2)      Vedana, yang berarti perasaan. Perasaan berarti kemampuan untuk mengenal rasa. Seperti halnya kontak, perasaan merupakan sebuah kekayaan penting bagi setiap kesadaran. Perasaan dapat berwujud menyenangkan, tidak menyenangkan, netral (bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan) Perasaan merupakan faktor batin yang merasakan objek ketika objek itu 'kontak' dengan indera.
3)      Sanna, yang berarti pencerapan. Pencerapan berarti pengenalan suatu objek atau persepsi indera. Karakteristik utama dari sanna ini adalah kognisi atas objek dengan cara menandai, seperti biru, hitam, dan sebagainya.
4)      Cetana, yang berarti kehendak. Kehendak berarti kemauan atau niat untuk berbuat yang baik atau yang tidak baik. Kehendak, merupakan faktor batin yang berfungsi di dalam koordinasi dan akumulasi. Cetana mengkoordinasikan faktor-faktor batin yang berhubungan dengannya dalam merespon terhadap objek. Cetana memegang peranan penting di dalam semua jenis aksi, baik moral, maupun immoral.
5)      Ekaggata, yang berarti pemusatan pikiran atau konsentrasi atau meditasi atau samadhi. Ekaggata merupakan salah satu faktor jhana. Konsentrasi terhadap satu objek, merupakan faktor batin yang mengkosentrasikan batin terhadap satu objek.
6)      Jivitindriya, Penghidup batin, merupakan faktor batin yang melebur kehidupan ke dalam faktor-faktor batin yang berhubungan dengannya, Walaupun cetana menentukan aktivitas dari semua faktor batin, jivitindriya yang meng-infusi kehidupan ke dalam cetana dan faktor batin lainnya.
7)      Manasikara, yang berarti perhatian. Manasikara bermanfaat untuk membawa objek keinginan itu ke dalam bidang kesadaran.

D.  Faktor mental particular
Faktor mental particular adalah bentuk-bentuk batin yang bersekutu dengan sebagian kesadaran atau pikiran atau citta. Cetasika ini dapat berhubungan dengan citta yang baik dan yang tidak baik, tetapi hanya tipe-tipe kesadaran tertentu. Yang dimaksud dengan faktor mental ini menurut Susila (2012,I,77-79) adalah Pakinnaka Cetasika 6 jenis yaitu:
1)      Vitakka, yang berarti perenungan permulaan dari pikiran. Vitakka bermanfaat untuk mengarahkan pikiran pada objek.
2)      Vicara, yang berarti perenungan penopang dari pikiran, yaitu perenungan sebagai pendukung atau penopang atau yang memegang pikiran. Vicara bermanfaat untuk memegang pikiran dan mengatur di dalam objek.
3)      Adhimokkha, yang berarti keputusan, atau keadaan pikiran yang menyendiri, bebas dari objek, yaitu khusus mengenai kebebasan pikiran dari gelombang keadaan di antara dua sumber, yaitu 'ada' atau 'tidak ada', 'benar' atau 'tidak benar'.
4)      Viriya, yang berarti semangat atau tenaga, atau usaha dari pikiran di dalam perbuatan. Viriya terbagi atas dua macam, yaitu usaha yang benar dan usaha yang salah. Faktor batin ini yg membangkitkan semangat dan memiliki ciri khas mendukung, mengukuhkan, mempertahankan faktor-faktor batin.
5)      Piti, yang berarti kegiuran atau kegembiraan dari pikiran yang telah terlepas dari keruwetannya, faktor batin yg tergiur / tertarik pada objek. Piti bukanlah perasaan menyenangkan (sukha), akan tetapi merupakan precursor dari perasaan menyenangkan tersebut. Piti membuat ketertarikan kpd objek.
6)      Chandha, yang berarti keinginan untuk berbuat, misalnya keinginan untuk pergi, keinginan untuk berbicara, dan sebagainya. Chandha terdiri atas tiga jenis, yaitu:

a)        Kamacchanda , harapan untuk nafsu-nafsu indera (immoral)
b)        Kattukamyatta, harapan untuk berbuat (unmoral)
c)        Dhammachanda, harapan untuk mencapai suatu pencapaian dhamma (moral).

E.   Faktor mental tidak berguna/sehat
Dalam Abhidhamma faktor mental tidak berguna terdiri dari empat belas jenis bentuk-bentuk batin yang tidak baik (Akusala Cetasika 14). Kelompok ini merupakan kelompok cetasika yang memberikan pengaruh buruk kepada citta yang disekutuinya. Kelompok inilah yang bekerja di balik layar dari setiap kesadaran yang tidak baik. Pelajari dan pahamilah dengan baik dari setiap cetasika ini, karena hal itu akan mendatangkan manfaat yang sangat besar yang berasal dari kemampuan untuk menghindari perbuatan tidak baik (Sikkhananda 2011, 74).
Kekotoran-kekotoran batin muncul dalam bentuk faktor-faktor mental. mereka selalu muncul dikarenakan pemahaman yang tidak bijaksana. Dengan mempelajari dan memahami karakteristik- karakteristik mereka, maka kita bisa belajar untuk menghentikan kekotoran-kekotoran batin ini dengan menerapkan usaha benar (Susila,2012,I,69).
Akusala Cetasika 14 terdiri dari 5 bagian yaitu;
1)      Mocatuka Cetasika 4 : Berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh moha cetasika. Mocatuka Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu moha; kebodohan batin, ahirika : tidak ada rasa malu, anottappa: tidak ada rasa takut, dan uddhacca: Kegelisahan.
2)      Lotika Cetasika 3 : bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh lobha cetasika, terdiri dari 3 jenis yaitu: Lobha: ketamaan, Ditthi : kekeliruan, Mana: Kesombongan.
3)      Docatuka Cetasika 4 : berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh dosa cetasika. Docatuka Cetasika terdiri atas empat jenis, yaitu dosa: kebencian, issa: iri hati, macchariya: egois, dan kukkucca: kekuatiran.
4)      Thiduka Cetasika 2: Bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh thina cetasika. Terdiri atas dua jenis, yaitu thina: kemalasan dan middha: kelelahan. Kedua jenis bentuk batin ini merupakan bentuk-bentuk batin yang tidak baik. Jika seseorang memiliki bentuk-bentuk batin ini, maka ia menjadi malas untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik.
5)      Vicikiccha Cetasika: Terdiri atas satu jenis, yaitu vicikiccha. Vicikiccha berarti keragu-raguan atau kebingungan, yaitu ketidakpercayaan terhadap apa yang harus dipercayai, atau ketidakyakinan terhadap apa yang harus diyakini.

F.   Faktor mental yang indah/sehat
Bentuk-bentuk batin yang baik. Disebut demikian karena cetasika ini umum bagi seluruh kejadian moral yang baik dari kesadaran. Cetasika ini muncul dalam kombinasi yang beraneka ragam dalam pernyataan kesadaran yang baik yang dimaksud dengan faktor mental yang indah menurut Susila,(2012,I,89-100). adalah Sobhana Cetasika yang terdiri dari 25 jenis: 1) Sobhanasadharana Cetasika 19
a)        Saddha = keyakinan adalah "kepercayaan diri yang bisa diverifikasi" terhadap apa yang bajik dan bermanfaat, mempercayai apa yang patut untuk dipercayai
b)        Sati = perhatian penuh terhadap objek sesuai kondisi yg sesungguhnya. Perhatian-penuh ini dibutuhkan dalam setiap situasi, karena perhatian-penuh melindungi batin dari gejolak keresahan karena usaha yang berlebihan, dan dari kemalasan karena konsentrasi yang berlebihan.
c)        Hiri = malu untuk berbuat jahat. Malu-bertindak keliru memiliki karakteristik jijik terhadap tindakan tubuh dan ucapan yang salah. Dengan merenungkan nilai-nilai kelahiran, reputasi, pendidikan, status sosial, atau umurnya, kebalikan dari ahirika (lihat ahirika).
d)       Ottappa = kebalikan dari anottappa (lihat anottappa) yaitu merasa takut-bertindak keliru atau tidak baik memiliki karakteristik ketakutan untuk berbuat jahat. Seseorang mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi menyakitkan dari perbuatan-perbuatan buruk, yang mungkin mencakup menyalahkan diri sendiri, dipersalahkan oleh orang-orang lain, hukuman berlandaskan undang-undang, dan penderitaan di masa depan.
e)        Alobha = kebalikan dari lobha (lihat lobha cetasika). Alobha merupakan faktor batin yg bertanggung jawab di dlm sikap murah hati, tanpa ketamakan memiliki karakteristik tidak adanya nafsu keinginan, dan tidak melekat pada sebuah objek.
f)        Adosa = kebalikan dari dosa (lihat dosa cetasika). Adosa merupakan faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap batin cinta kasih terhadap semua makhluk (metta di dalam brahma vihara / appamanna 4)
g)        Tatramajjhattata = faktor batin yg bertanggung jawab dlm sikap seimbang di dalam menghadapi kondisi yg bergejolak (upekkha di dalam brahma vihara / appamanna 4) Netralitas-mental adalah suatu sikap mental yang seimbang, tidak melekat, dan tidak berpihak. Netralitas- mental ini memiliki karakteristik mempertahankan kesadaran dan faktor-faktor mentalnya datar saja.
h)     Kayapassaddhi dan cittapassaddhi = faktor batin yg bertanggung jawab di
dalam ketenangan faktor-faktor batin (kaya) dan kesadaran (citta). Faktor batin
ini lawan dari kegelisahan dan kekhawatiran.
i)      Kayalahuta dan cittalahuta = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam
keringanan / kecepatan faktor-faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi
objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari thina-middha yg menyebabkan
sikap berat batin did lm menanggapi objek.
j) Kayamuduta dan cittamuduta = faktor batin yg bertanggung jawab menyingkirkan rigiditas (thambha) dlm faktor-faktor batin dan kesadaran ketika menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari miccha-ditthi dan mana yg menimbulkan rigiditas. k) Kayakammannata dan cittakammannata = faktor batin yg bertanggung jawab did lm adaptabilitas / penyesuaian faktor-faktor batin dan kesadaran terhadap objek yg dialami. Faktor batin ini merupakan lawan dari sisa rintangan abtin lainnya.
l) Kayapagunnata dan cittapagunnata = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam keahlian faktor batin dan kesadaran di dalam memperlakukan objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari sikap batin yg tidak yakin dan seterusnya. Faktor batin ini menekan kesakitan faktor batin dan kesadaran.
m) Kayujukata dan cittujukata = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam keterusterangan faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari sikap munafik dan ketidakterusterangan.
2)     Virati Cetasika 3
Bentuk-bentuk batin yang terbebas dari kejahatan sebagai pemimpin yaitu: Samma Vaca/bicara benar, Samma Kammanta/perbuatan benar, dan Samma Ajiva/ pencaharian benar.
3)     Appamanna Cetasika 2
Bentuk-bentuk batin yang tidak terbatas. Disebut demikian karena objek-objek tersebut tanpa batas., yaitu karuna dan mudita.
4)     Pannindriya Cetasika 2:
Pannindriya Cetasika yaitu panna/kebijaksanaan, yaitu dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya, bahwa hidup dan kehidupan ini dicengkeram oleh Tilakkhana (anicca, dukkha, dan anatta). Istilah lain untuk panna adalah amoha atau ketidakbodohan/samma ditthi atau Pandangan Benar. (Susila ,2012,I,89-100).

G.  Implikasi Faktor -Faktor Mental Hubungannya Dengan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran terjadi proses panjang utuk menjadikan peserta didik dapat merubah perilakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Irham dan Novan (2013.19) Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilaksanakan oleh individu dengan dibantu oleh pendidik untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut dalam proses pembelajaran diusahakan sedemikian rupa oleh guru dengan cara diorganisasikan. Dengan demikian proses belajar harus dirancang dan dikembangkan terlebih dahulu oleh guru.
Seorang guru adalah orang yang mendengar dan menyebabkan orang lain mendengar, seorang yang tahu dan memberi tahu dengan jelas, seorang yang cakap dan mengenali kecocokan dan ketidakcocokan, serta tidak menimbulkan pertengkaran. Ia tidak membimbing didepan orang banyak, ceramah tidak kehilangan arah, tanpa ada yang disembunyikan, tidak ragu-ragu berbicara, dan tidak menjadi bingung atau marah menghadapi pertanyaan (A.IV.196).
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa dari tidak baik menjadi baik. Buddha menyatakan ada sepuluh perilaku yang baik yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berjinak, tidak berdusta, tidak memfitnah, tidak tamak, tidak berpadangan salah (M.I.287-288).
Buddha memberi petunjuk kepada Ananda agar memenuhi lima hal, yaitu: mengajar secara bertahap, mengajar dengan alasan atau berdasar sebab yang mendahului sehingga dimengerti, mengajar terdorong karena cinta kasih, mengajar tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mengajar tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain (A.III.184) Oleh sebab itu agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalaui proses pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai faktor mental yang dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Buddha Dhamma faktor-faktor mental yang ada dalam diri seorang individu telah dibahas secara mendalam. Faktor-faktor mental tersebut ada yang baik dan ada yang buruk oleh karena itu sebagai pendidik dalam memberikan pembelajaran pada siswa hendaknya memperhatikan faktor-faktor tersebut dan tugas guru adalah memberikan motivasi kepada anak didik untuk mengarahkan agar siswa bisa menumbuhkan  bentuk-bentuk  mental/batin  yang  baik  dan  menekan  bahkan
menghilangkan bentuk-bentuk batin yang tidak baik dan tidak berguna dan
mengarahkan bentuk-bentuk mental universal dan bentuk bentuk batin partikular pada
hal hal yang bermanfaat.
Guru yang tercerahkan, ajarannya benar, di perlihatkan dengan baik, berguna dalam menenangkan, dan membawa pencerahan, dan menuntun muridnya, setelah menerimanya, melatihnya dengan benar, dan memeliharanya, dan setelah mendengarnya maka sang muridpun berlatih dengan lebih keras, dan memperoleh jasa yang lebih besar serta menenangkan, maka tercapailah pencerahan tertinggi (D.III.121).
BAB III
P E N U T U P
1.     Kesimpulan
Pembelajaran merupakan upaya memberikan dorongan bimbingan terhadap siswa agar yang bersangkutan secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memproleh hasil belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan perubahan sikap dan tingkah laku siswa dari tidak baik menjadi baik.
Bagi siswa pembelajaran merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh bentuk-bentuk mental yang dimiliki oleh siswa maka tugas guru sebenarnya adalah memberikan motivasi bimbingan agar para siswa bisa menumbuhkan bentuk-bentuk mental/batin yang baik ( Sobhanasadharana cetasika 25) dan menekan bahkan menghilangkan bentuk-bentuk batin yang tidak baik dan tidak berguna (Akusala cetasika 14) dan mengarahkan Annasamana Cetasika 13 yaitu bentuk-bentuk mental universal ( Annasamana Cetasika 7) dan bentuk bentuk batin partikular (pakinnaka cetasika 6) pada hal hal yang bermanfaat saja, mengingat bahwa bentuk-bentuk batin Annasamana Cetasika 13 ini dapat bersekutu dengan semua kesadaran/pikiran yang baik maupun yang jahat.
2.     Saran-saran
Dalam proses pembelajaran sebagai seorang pendidik hendaknya dapat merancang model atau metode pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor mental yang dimiliki anak didik, faktor mana yang hendaknya dikembangkan dan faktor-faktor mental apa saja yang harus ditekan sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara oktimal.
DAFTAR PUSTAKA


Anguttara Nikaya (The Book Of Gradual Sayings) Vol.III. Terjemahan Woodward,F.L & Hare, E.M. 1971-1978. London: The Pali Text Society

Digha Nikaya (Dialoque Of The Buddha) Vol.III.Terjemahan Davids, Rhys. 1977. London. The Pali Text Society.

Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi pendidikan: Teori Aplikasi Dalam ProsesPembelajaran, 2013. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

Kaharudin, J Pandit, Abhidhammattasangaha II , 1991. Jakarta: CV Nitra Kencana Buana.

Majjhima Nikaya (The Middle Length Sayings) Vol.I. Terjemahan Hoener, I.B..1989. London: The Pali Text Society.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. 1999. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Mettadewi.W.S.H, S.A.B Pokok-Pokok Dasar Abhidhamma I. 1994 Jakarta: Sekolah Tinggi Agaa Buddha Nalanda.

Purwanto Ngalim, Psikologi Pendidikan. 1992. Bandung: Rosdakarya.

Pidarta, Made. 2007. Wawasan Pendidikan (Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional Pengembangan Afeksi dan Budaya Pancasila Mengurangi Lulusan Menganggur). Surabaya : Unesa University Press.

Sikkhananda,Bhikkhu. Dasar-Darar Abhidhamma.2011.Myanmar: Chanmyay Yeiktha Meditation Center.

Suryabrata Sumadi. Psikologi Pendidikan. 1998. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susila Sayalay, Mengungkap Misteri Batin dan Jasmani melaluhi Abhidhamma 2012. Jakarta: Yayasan Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute
Posted by Unknown On Selasa, Mei 12, 2015 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blogger news

    Blogger news

    Namo Buddhaya

    Situs Ini adalah situs untuk berbagi pengetahuan dalam bidang pendidikan agama Buddha, 1. Terdapat perangkat Pembelajara (RPP, Silabus, dan Media) 2. Tutorial media 3. How to fix problem dan lain sebagainya
    bagi anda yang berkenan membagi hasil dan karya anda silahkan kirimkan ke Mr.Tri.Suyatno@gmail.com dan Mohon Komentarnya ... :D Thanks Namo Buddhaya

    Blogroll

    About