Jumat, 15 Mei 2015



A.  JUDUL
 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA KELAS  SATU SMK PEMBANGUNAN AMPEL BOYOLALI TAHUN AKADEMIK 2013/2014
B.  LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah penerusan nilai, pengetahuan, kemampuan, sikap, dan tingkah laku, yang dalam arti luas pendidikan merupakan hidup itu sendiri (dan belajar itu seumur hidup), sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendidikan juga merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk menolong seseorang belajar dan bertanggungjawab, mengembangkan diri atau mengubah perilaku, sehingga bermanfaat bagi kepentingan individu dan masyarakat.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat indonesia yang memiliki saddhā (keyakinan) dan bhakti (taqwa) terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya, masyarakat sekitar serta dapat pula memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Menurut KBBI (1991), pendidikan ialah sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut siperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola piker dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Disini Pendidikan tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Justru pendidikan mempunyai tugas menyiapkan peserta didik untuk hari esok atau yang akan dating. Jadi banyak sedikitnya kita memperoleh suatu pendidikan itu tergantung pada diri kita sejauh mana kita mengeluti suatu proses belajar mengajar.
Pendidikan agama Buddha adalah usaha sadar yang dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik dalam Buddha Dharma yang diperoleh dari pendidikan agama Buddha di sekolah dapat diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberikan manfaat bagi diri sendiri, sesama dan lingkungan .
 Pendidikan agama Buddha di sekolah, tidak hanya mengetahui atau mengingat (pariyatti), tetapi melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (patipatti), dan akhirnya pencapaian kebenaran dhamma (pativedha). Pengetahuan saja tidak akan membuat orang terbebas dari penderitaan, tetapi juga harus melaksanakannya (Sn. 789) (Wijaya Mukti Krisnanda, 2003: 316).
Pendidikan agama Buddha dapat dikatakan bersifat pragmatis, menyangkut pemecahan masalah untuk mencapai tujuan hidup manusia. Filosofi pendidikan agama Buddha mengacu pada empat kebenaran mulia (cattari ariya saccani), yaitu mengidentifikasi dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha (S.V.421) (Wijaya Mukti Krisnanda, 2003: 304-305).
Untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan motivasi dari berbagai pihak, motivasi tidakhanya dengan dorongan uang akan tetapi berbagai hal dapat memotivasi belajar. Motivasi adalah suatu keadaan didalam individu yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi sangat penting peranannya dan tidak lepas dari berbagai macam dukungan, baik yang berada di dalam diri individu maupun diluar individu untuk dapat meningkatkan suatu kondisi yang dapat membawa kemajuan. Keberhasilan studi dapat dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Konsep motivasi belajarberkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan (reinforcement) dimasa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Seorang yang tidak berminat melakukan sesuatu berarti motif yang mendorong tidak kuat sehingga prestasi kecakapan (abilty) (Bandura, 1986 dan wielkeiwicks, 1995).
Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi (motivasi intrinsic/ motivasi eksternal) atau berasal dari luar diri pribadi (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini saling kait mengait membentuk satu system motivasi yang menggerakkan untuk berbuat sesuatu.
Siswa SMK pembangunan ampel kelas satu adalah siswa baru yang membutuhkan penyesuaian diri terhadap system pendidikan di SMK pembangunan. SMK pembangunan memberikan kebebasan berbuat dan belajar lebih besar, siswa SMK pembangunan diberikan kebebasan untuk bebas mengeluarkan gagasan gagasan baru untuk di kembangkan sesuai kemampuan dari siswa tersebut, sehingga siswa dapat berkreasi dengan keinginan masing masing indivu dan mempermudah mengembangkan bakat dan minat siswa.
Dalam beberapa tahun belakangan ini perkembangan teknologi informasi sangat cepat, sehingga perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi. Masyarakat tidak lagi terbatas pada informasi dari surat kabar dan majalah, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui media elektronik.
Media pembelajaran meliputi  alat secara  fisik digunakan untuk menyampaikan isi  materi pengajaran,  yang  terdiri antara  lain buku, tape recorder, kaset, kamera  video, video recorder,  film, slide  (gambar  bingkai), foto, gambar,  grafik, televisi  dan komputer.  Salah satu media pembelajaran melalui komputer adalah dengan menggunakan compact disc (CD) interaktif. CD interaktif dipilih karena  media  ini  memiliki  ciri-ciri bentuk dan warna yang menarik
Salah satu CD interaktif  yang dapat digunakan adalah komputer sebagai media  yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Komputer dapat digunakan sebagai  alat bantu dalam menyiapkan bahan ajar maupun dalam proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Program ini  dapat menampilkan informasi yang berupa tulisan, gambar, animasi, serta suara sehingga siswa dapat lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama Buddha..
Dengan adanya motivasi seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu yang  diminta. Semakin  besar motivasi belajar terhadap pendidikan agama Buddha semakin besar pula perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Sehingga akan memperbesar hasrat dan  kemauan untuk mengenal apa  yang  dipelajari dan akan menimbulkan sikap kreatif pada diri siswa. Pembelajaran dengan media CD Interaktif dapat dilakukan di sekolah menengah , karena media konvensional seperti slide/transparan  sudah mulai di tinggalkan. media CD Interaktif membuat waktu pembelajaran lebih singkat dan biaya studi lebih ekonomis.
Motivasi  belajar seharusnya dimiliki oleh  setiap orang yang mau maju apalagi para siswa yang masih menuntut ilmu di sekolah. Namun sepertinya kenyataan berbicara lain. Deskripsi rendahnya Motivasi belajar para siswa terlihat pada : 1) masih tingginya ketergantungan belajar pada guru dikelas; 2) rendahnya usaha menambah wawasan dari berbagai sumber; 3) fenomena mencontek tugas dan ulangan masih subur; 4) belajar masih kebut semalam ; 5) rendahnya minat baca; 6) sepinya penggunaan sumber perpustakaan.
Namun kenyataannya  hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Buddha masih rendah. Kemungkinan penyebab dari rendahnya hasil  belajar siswa tersebut adalah penggunaan metode pembelajaran yang kurang efektif. Salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi  belajar siswa adalah metode pembelajaran berbasis komputer dengan CD interaktif .CD interaktif pembelajaran pendidikan agama Buddha terdiri dari informasi dirancang secara sistematis dan terprogram sesuai dengan kurikulum, CD interaktif ini dipaket ke dalam sebuah CD. Informasi tersebut terdiri dari materi yang terprogram, simulasi dan animasi, serta kumpulan soal-soal yang pembahasannya dibuat attraktif.
C.  BATASAN MASALAH
Dengan mengukur dan mempertimbangkan tingkat kemampuan peneliti dari segi waktu, dana, dan teori maka penelitian ini akan dibatasi pada masalah sebagai berikut:
1.      “Apakah ada pengaruh penggunaan metode interaktif terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran pendidikan agama buddha kelas  satu smk pembangunan ampel boyolali tahun akademik 2013/2014?”

D.  RUMUSAN MASALAH
CD interaktif merupakan salah satu media pembelajaran berbasis elektronik. Pembelajaran dengan penggunaan CD interaktif lebih menarik karena adanya media pembelajaran berupa animasi, movie (slide video), dan suara yang sudah diprogram. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengaruh penggunaan media interaktif terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran pendidikan agama Buddha kelas satu SMK?
E.  TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini maka tujuan penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui pengaruh penggunaan media  interaktif  terhadap motivasi belajar
2.      Mengetahui pengaruh interaksi antara  penggunaan media  interaktif
3.      Mengetahui pengaruh interaksi antara media interaktif terhadap  motivasi belajar siswa
F.   MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang kami harapkan dalam hasil penelitian ini adalah semoga dapat memberi manfaat bagi para pembaca, menambah ilmu pengetahuan baru dan menjadi media pengingat bahwa pengaruh penggunaan metode interaktif terhadap motivasi belajar siswa sangat penting untuk mewujudkan penerus bangsa yang berpendidikan, sehingga kita dalam belaja tidak boleh sembarangan dan harus bijaksana dalam proses belajar mengajar baik di luar maupun didalam. Adapun manfaat  lain Sebagai berikut :
1.      Bagi Penulis.
Untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh metode interaktif terhadap motivasi belajar.
 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metodologi penelitian kuantitatif.
2.      Bagi Mahasiswa :
Dapat digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian jika melakukan penelitian yang sama.
Dapat digunakan untuk melengkapi referensi dalam penelitian selanjutnya.
3.      Manfaat praktis

G. LANDASAN TEORI
1.      Media interaktif
1.1  pengertian media

Kata media berasal dari bahasa  Latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang  secara  harfiah berarti “Perantara”  Media adalah perantara  atau pengantar  pesan dari pengirim ke  penerima pesan. Menurut para ahli dalam Sri Anitah (1990: 3)  media ini dapat diartikan sebagai berikut :
1)      Teknologi pembawa  pesan yang  dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977).
2)      Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran  seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya (Briggs, 1977).
3)      Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun  pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Pengertian media menurut  Smaldino, Sharon E, James D Russel Koher Heinich, & Michael Molenda (2005: 9) adalah sebagai berikut
A Medium  (plural, media)  is a means of  communication and source  of informatian. Derived from the latin word meaning “  between “  the term  refers to anything that carries information between a source and receiver. Examples include video, television, diagram, printed materials, computers program, and instructor. These are considered instructional media when they provide message with an instructional purpose. The purpose of media is to facilitate communication and learning
(Media adalah alat  komunikasi dan sumber informasi. Diperoleh dan   kata Latin yang artinya  ”  perantara  “  tempat penghubung  sesuatu yang  membawa  informasi diantara  sumber dan penerima. Termasuk contoh antara  lain video, televisi, diagram,  bahan cetakan, program komputer,dan pengajar. Dengan mempertimbangkan media pembelajaran yang  menyediakan  pesan  untuk tujuan pembelajaran. Tujuan dari media  untuk memfasilitasi komunikasi dan pembelajaran.
Media  adalah merupakan sarana  dalam meningkatkan  kegiatan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai seoptimal mungkin. Menurut Koyok dan Zulkarnaen NST dalam  Zainudin HRL (1984  : 38)  mengatakan sebagai berikut : “Tujuan yang  ingin dicapai, ketepatgunaan, keadaan anak didik, ketersediaan, mutu teknis dan biaya”,
Memilih media  hendaknya  tidak dilakukan secara  sembarangan,  melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang  yang tidak diinginkan di kemudian hari. Banyak  pertanyaan  yang harus dijawab  sebelum   menentukan  pilihan media  tertentu. Secara umum, kriteria  yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu : Tujuan , Sasaran didik,Karakteristik media yang bersangkutan, Waktu , Biaya , Ketersediaan , Konteks penggunaan , Mutu Teknis
1.2  Pengertian interaktif
2.      Motivasi belajar
2.1 Pengertian motivasi
Secara umum Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisasi baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah. 2010:134).
Menurut Mcdonald, “motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan enegri di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan memenuhi kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran  organisasi yang telah yang ditentukan sebelumnya (Siagian. 2004:138).
Motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diribseseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam diri seseorang karena dorongan untuk mencapai tujuan (Sanjaya.2011:250).
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan, motivasi ialah suatu keadaan internal baik manusia ataupun hewan yang membawa perubahan, dari yang tidak baik menjadi yang lebih baik bahkan menjadi baik dan juga sebaliknya yang baik menjadi kutang baik bahkan bisa menjadi sangat tidak baik, akan tetapi motivasi juga dapat mendorong atau membawa seseorang menjadi yang lebih baik bahkan dapat menyebabkan seseorang bisa melakukan suatu kegiatan yang awalnya seseorang tersebut ngangur.
·      Pengertian motivasi secara buddhisme
Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menyebabkannya berbuat atau bertingkah laku, sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai untuk memperoleh kepuasan (Mukti. 2003,435).
Buddha bersabda “ orang yang penuh semangat selalu sadar dan murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaan akan bertambah “ (Dhamappada. 24).
Kekuatan semangat ditujukan untuk menghilangkan segala sesuatu yang tidak baik dan memperoleh segala sesuatu yang baik, ia mantap dan kuat dalam usahanya, serta menghindari tugasnya sehubungan dengan sifat-sifatnya yang baik (A.V.2).
·      Fungsi motivasi
Suatu pembelajaran akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Ada dua fungsi motivasi dalam proses pembelajaran yaitu:
a.    Mendorong siswa untu beraktivitas
Motivasi dapat mendorong siswa untuk beraktivitas. Tanpa adanya motivasi, tidak akan mungkin seseorang mau melakukan sesuatu.
b.    Pengarah atau petunjuk
Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Seorang murid akan merasa tidak senang apabila aktivitasnya diganggu, karena ia merasa hal itu dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, maka motivasi bukan hanya menggerakkan seseorang untuk beraktivitas secara bersungguh- sungguh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sanjaya,2008:251).
·      Prinsip- prinsip motivasi
Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu diperhatikan prinsip- prinsip penerapan motivasi. Dan hasil penelitiannya Kenneth H.hoover (oemar hamalik, 1995) mengemukakan sejumlah prinsip sebagai berikut.
1.        Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar.
2.        Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologid (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan. Kebutuhan- kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan- kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.
3.        Motivasi yang berasal dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu sesuai dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.
4.        Jawaban yang sesuai dengan keinginan memerlukan usaha penguatan. Apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan, maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap.
5.        Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain. Guru berminat tinggi dan antusias akanmempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasu para siswa yang lainnya.
6.        Pemahaman yang jelas tentangtujuan belajar akan merangsang motivasi. Apabila seseorang tekah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.
7.        Tugas- tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkan masalah sendiri, ia akan mengembanagkan motivasi dan disiplim yang lebih baik.
8.        Pujian- pujian yang datangnya dari luar (eksternal rewards) kadang- kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minast yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
9.        Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa. Cara mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi  belajar yang menantang dan menyenanagkan.
10.    Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain sepak bola, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.
11.    Kegiatan- kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong panadai. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu, guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12.    Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa. Anak- anak sedang mencari kebebasan dari orang dewasa. Mereka menempatkan hubungan peer lebih tinggi. Mereka bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh peer group-nya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, kalau guru hendak membimbing mereka belajar, arahkanlah anggota- anggota kelompok itu kepada nilai- nilai belajar agar mereka belajar dengan baik.
13.    Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa, apabila diberi semacam hambatan, misalnya danya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkatsehinggandia lolos dari hambatan itu.
14.    Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan menggangu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
15.    Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetic, kelakuan yang lebih bergairah.
16.    Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung melakukan hal- hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung di dalam dirinya.
17.    Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini bergantung pada stabilitas emosi masing- masing.
2.1 Pengertian belajar
Secara umum,pengertian  belajar adalah suatu aktivitas yang  menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan oleh faktor kelelahan,  kematangan maupun mengkonsumsi obat tertentu. Menurut Klein (1996: 2)  “Learning defined as an experential process resulting in a relatively permanent change  in behavior that cannot be  explained by  temporary  states, maturation, or innate response tendencies.” 
Dalam pengertian ini  terdapat tiga  komponen penting  belajar  adalah 1)  refleksi sebuah perubahan yang  potensial untuk perilaku. Belajar tidak otomatis akan menuntun kepada perubahan perilaku. 2) Perubahan pada perilaku untuk belajar relatif permanen, 3) Perubahan pada perilaku dapat saja didapat pada proses lain selain belajar. Ahli yang  mendukung  pengertian tentang  belajar yang menekankan pada  aspek perubahan adalah Crowk, Sally, Podell       (1997: 23). Crowl mendefinisikan dengan kalimat pendek ”  Learning refers to changes in individual  due to experience”.  (Perubahan yang terjadi pada  diri  individu itu karena  pengalaman atau  prestasi   belajar). Dalam pengertian ini terdapat kata change atau perubahan yang berarti bahwa  seseorang  setelah mengalami proses belajar  akan mengalami perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuan, ketrampilan maupun aspek sikapnya.  Menurut Syaiful Bahri Djamariah (1994: 21) “
Belajar  adalah aktivitas yang  dilakukan secara  sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang  telah dipelajari”. Artinya  belajar adalah suatu aktivitas  yang  sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya  suatu perubahan dalam diri individu, perubahan dalam arti menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya. Menurut Moh. Uzer Usman (1996: 5)  ”Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada  diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu lain dengan lingkungannya.
Kata belajar merupakan hal yang terpenting  dilapisan masyarakat. Bagi pelajar/siswa belajar adalah suatu kegiatan sehari-hari yang tidak mungkin dapat ditinggalkan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan dalam menuntut ilmu dilembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar dilakukan tanpa mengenal waktu, tempat dan keadaan. Terdapat pengertian belajar yang harus dapat dimengerti dan dihayati sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai kata belajar.
Ahli psikologi dan pendidikan mempunyai pengertian yang berbeda mengenai arti belajar sesuai dengan bidang keahlian masing-masing namun dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. O whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Cronbach berpendapat learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Djamarah,2008:12-13).
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan geoch merumuskan learning is performance as a result of practice. Drs Slameto merumuskan pengertian tentang belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah 2008:13).
Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan,persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bermacam- macam keterampilan, dan cita- cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.
Perubahan tidak harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai- nilai social. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang sangat ahli, tetapi dari segi pandangan social hal itu bukanlah berarti perbaikan.
Menurut Dr. Oemar Hamalik ada berbagai kategori belajar antara lain:
a.    Keterampilan sensorimotori
Salah satu kategori belajar adalah keterampilan- keterampilan sensorimotor, yaitu tindakan-tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan- kegiatan lain yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda dan lain-lain.
b.      Belajar asosiasi
Kategori belajar yang lain adalah belajar asosiasi dimana urutan kata- kata tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek- objek, konse[- konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain. Misalnya ayah berasosiasi dengan ibu, kursi dengan meja. Belajar asosiasi akan dipermudah antara lain dengan mengadakan klasifikasi, menghubungkan yang baru dengan yang sudah diketahui, mengadakan peninjauan kembali dengan menekankan asosiasi baru, dan menerangkan dengan model, gambar, dan demonstrasi..
c.       Keterampilan pengamatan motoris
Kategori belajar ini menggabungkan belajar sensori motor dengan belajar asosiasi. Sebagai contoh ialah mengetik di mana jari yang sama digunakan  secara tetap untuk mengetuj huruf tertentu, tetapi untuk digunakan secara tetap untuk mengetuk huruf tertentu, tetapi urutan dan jaraknya bergantung pada asosiasi. Guru dapat menolong belajar golongan ini dengan cara mengawasi terbentuknya keterampilan sensorimotor, dengan menjelaskan pemahaman tentang asosiasi- asosiasi yang harus dibentuk, dengan bergerak secara tenang dan lambat sehingga tidak terjadi saling menggangu dengan gerakan-gerakan terdahulu atau dengan latihan dalam berbagai situasi.
d.      Belajar konseptual
Belajar konseptual adalah gamabaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi- situasi atau kondisi- kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi. Konsep demokrasi juga mengenal pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab kepada orang- orang yang berkemampuan lebih. Domokrasi menekankan tanggung jawab untuk tindakan diri sendiri dan memandang embaga-lembaga sebagai pelayan orang-orang, sekurang-kurangnya dalam teori. Permufakatan bersama, kerja sama secarasuka rela, kesetiaan terhadap kebenaran, dan kebebasan mengembangkan individu adalah aspek- aspek konsep demokrasi.

e.       Cita-cita dan sikap
Belajar tentang cita- cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian. Suatu masalah dunia yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yang berbeda
2.3    pengertian motivasi belajar


H.    HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dari judul penelitian maka dapat ditarik hipotesa : Ada pengaruh metode interaktif terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran pendidikan agama Buddha kelas satu SMK pembangunan ampel boyolali tahun akademik 2013/2014.
I.       METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan sebuah prosedur yang sangat penting dalam keseluruhan rancangan dan pelaksanaan penelitian. Dengan metode penelitian, sebuah penelitian yang dilakukan akan lebih terarah, memberikan kemudahan, dan dan kejelasan tentang tujuan pencapaian suatu penelitian.
a.       Jenis penelitian
Penelitian korelasional sebab akibat yaitu penelitian untuk menemukan ada tidaknya hubungan (pengaruh), seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (seberapa besar pengaruh tersebut) (Arikunto, 2010:76)
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatankuantitatif suatu pendekatan yang menghubungkan dua variable yang ada dalam penelitian, yang menerangkan tentang sebab akibat. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh metode interaktif terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran pendidikan agama Buddha.
b.      Variable penelitian
Variable adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titikperhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161). Variable- variable yang hendak digunakan dalam penelitian perlu ditetapkan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan.
a.       Identifikasi variable
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang akan diteliti, yang terdiri dari variable terikat dan variable bebas. Variable bebas pada penelitian ini adalah motivasi belajar siswa. Variable bebas dalam bentuk motivasi belajar siswa. Sedangkan variable terikat yaitu metode interaktif. Dalam penelitian ini yang diukur adalah tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode interaktif.
b.      Hubungan antar variable
Hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal. Hubungan kausa adalah hubungan yang bersifat sebab akibat (Sugiyono,2008:37).
c.       Definisi Operasional Variabel

c.       Populasi dan sampel penelitian
a.    Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas satu yang beragama Buddha SMK pembangunan ampel boyolali tahun pelajaran 2013/2014.
b.   Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2008:81). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas satu SMK pembangunan ampel boyolali yang berjumlah 29 siswa.
c.    Teknik sampling
Teknik sampling adalah cara- cara tertentu yang digunakan untuk pengambilan sampel (Sugiyono,2008:81). Penelitian ini menggunakan sampel bertujuan. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata, random atau dilakukan karena beberapa pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar (Arikunto. 1998:128).
d.      Metode pengumpulan data
1). Metode angket (kuesioner)
Metode  angket digunakan  untuk  mengumpulkan  data  mengenai  motivasi belajar siswa. Untuk  memperoleh data tentang motivasi belajar siswa dibuat instrumen angket. Adapun  dalam  pembuatan  instrumen  angket    tersebut,  langkah-langkah  yang dilakukan peneliti adalah :
a)  Menentukan  batasan  motivasi belajar  yang  akan  diteliti  dan  melakukan  spesifikasi indikator dengan cara menyesuaikan ruang lingkup masalah yang akan diteliti dan tujuan penelitian yaitu tentang motivasi  belajar siswa.
b)  Membuat kisi-kisi instrumen angket yang memuat indikator.
c)  Berdasarkan kisi-kisi instrumen angket, peneliti membuat butir angket. Langkah-langkah pembuatan instrumen  angket,  selanjutnya disusun  instrumen  angket yang  sesuai.  Instrumen  angket yang  disusun instrumen angket motivasi belajar siswa. Instrumen angket motivasi belajar siswa terdiri adalah dari  50  butir  soal pilihan  ganda,  dengan  alternatif  5  jawaban.  Sistem  pemberian skor untuk instrumen angket adalah untuk instrumen angket positif; jika menjawab A  diberi  skor  5,  menjawab B diberi skor 4, menjawab C diberi skor 3, menjawab D diberi skor 2 dan menjawab E diberi skor 1. Untuk instrumen angket  negatif; jika menjawab A diberi skor 1, menjawab B diberi skor 2, menjawab C diberi skor 3,  menjawab D diberi skor 4, dan menjawab E diberi skor 5.
d)   Melakukan uji coba angket penelitian. Sebelum  angket  digunakan  untuk  mengumpulkan  data,  terlebih  dahulu instrumen angket diujicobakan  pada siswa kelas X  SMK Negeri 1 Madiun dan SMK Negeri 3 Madiun . Dari hasil uji coba angket diuji validitas dan indeks reliabilitasnya.
1.               Uji Validitas
2.               Uji Reliabilitas

2). Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variasi berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, notulen, dan sebagainya. Metode dokumentasi digunakan untuk mengambil data.
e.       Validitas dan Reliabilitas
a.    Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkaan tingkat keasihan suatu instrument. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono,2008:121). Validitas sangat penting karena tanpa instrument yang valid, data atau penelitian akan memberikan kesimpulan yang tidak tepat. Tinggi rendahnya validitas  instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variable yang dimaksud tersebut (Arikunto,2010:212)..
1.    Jenis validitas
Jenis validitas yang digunakan adalah jenis validitas construk (validitas konstrak). Validitas konstrak adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait Atau konstruk yang hendak diukur. Pengujian validitas konstruk paling penting artinya terutama dalam pengembangan dan evaluas terhadap skala- skala kepribadian. Prosedur pengujian validitas konstrak berangkat dari hasil komputasi interkorelasi di antara berbagai hasil tes kemudian di ikuti oleh analisis lebih lanjut terhadap matrik korelasi  yang diperoleh, melalui berbagai metode (Azwar,2000,132).
2.    Jenis uji validitas internal
Validitas internal yaitu di sebut valid jika menunjukkan adanya kesesuaian antara bagian-bagian instrument dengan instrument secara keseluruhan.
Sedangkan validitas internal ada dua yaitu:
a.    Validitas butir
Validitas butir yaitu sebuah instrument yang memiliki validitas tinggi jika butir-butir yang membentuk instrument tidak menyimpang dari fungsi instrument.
b.    Validitas factor
Valoiditas factor yaitu sebuah instrument yang memiliki validitas tinggi jika factor-faktor yang merupakan bagian dari instrument tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
3.    Teknik uji Validitas
Teknik uji validitas untuk menentukan validitas terhadap item-item skala psikologi dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu
Rumus korelasi product moment
Keterangan:
r                  = Koefisien aitem skala angket
N                = Banyak Sempel
X                = Jumlah Skor Skala
Y                = Jumlah Skor Total (Suharsimo Arikunto, 1999:72).
b.    Reliabilitas instrument
Reliabilitas merupakan ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur (Nazir, 1983:162). Dalam hal ini suatu alat ukur disebut mempunyai realibilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap atau stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan.reliabilitas lebih menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu alat instrument cukup dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal dan reliabilitas eksternal. Untuk menguji reliabilitas eksternal instrument ada dua cara yaitu dengan teknik pararel (double trial) dan teknik ulang (single test double trial). Dalam pembuatan instrument ini dengan menggunakan teknik ulang atau single test double trial. Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis dari satu kali hasil penelitian.
Ada beberapa teknik untuk menentukan reliabilitas (keajegan) instrumen, yaitu dengan rumus spearman-Brown, dengan rumus Flanagan, dengan rumus Rulon, dengan rumus K-R.20, dengan rumus K-R.21, dengan rumus Hoyt, dan dengan rumus Alpha.
1.    Jenis uji reliabilitas konsistensi internal
Pendekatan konsistensi internal dalam etimasi reliabilitas di maksudkan untuk menghindari masalah-masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan pendekatan tes pararel.
Dalam pendekatan konsistensi internal prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada kelompok individu sebagai subyek (single trial administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar,2000:63).
2.    Teknik uji reliabilitas Menggunakan rumus alpha
Teknik yang dipakai untuk menentukan reliabilitas (keajegan) instrument adalah dengan rumus Alpha. Peneliti menggunakan rumus ini karena peneliti mengunakan instrument yang berbentuk angket dengan skor skala bertingkat. Untuk angket dengan skala bertingkat diuji dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto.1996:190).
Rumus Alpha
Keterangan Rumus:
R       = Reliabilitas instrument
k        =Banyaknya Butir Pertanyaan
                                Data untuk menghitung koefisien alpha diperoleh lewat penyajian suatu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden. Dengan penyajian satu skala hanya satu kali, maka problem yang mungkin muncul dapat dihindari.
f.       Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan rumus anava atau kovaria satu jalur yang diperbantukan dengan program SPSS 16 for windows. Menggunakan rumus anava karena rumus tersebut dipersiapkan untuk penyelesaian penyelidikan komparatif.


J.      GARIS BESAR SISTEMATIKA SKRIPSI
1.      Bagian Pendahuluan terdiri atas : Judul, Abstrak,Kata pengantar, DAftar isi, Daftar Tabel, Daftar lampiran.
2.      Bagian isi skripsi
Bab I    merupakan pendahuluan yang mencangkup alas an pemilihan judul, permasalahan, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II  Yaitu landasan teori dan hipotesis. Landasan teori berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar.
Bab III metodologi penelitian yang memuat populasi, sampel penelitian, variable penelitian,metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.
Bab IV Pembahasan hasil penelitian yaitu data yang diperoleh akan ditulis dan dianalisis untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
Bab V Berisi penutup yang memuat simpulan dan saran bagi pengembangan hasil penelitian lebih lanjut.
3.      Bagian akhir skripsi
Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran

K.    DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar.2004. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.
Mukti, K. Wijaya.2003.Wacana Buddha-Dhamma. Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan
Nurhayati, Trikurnia.2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonisia. Jakarta: Eska media
Tirtarahardja, Umar dan Sulo.2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta
Nazir, Moh 2005.Metode Penelitian. Jakarta: Gralia Indonisia

Azwar,saifudin.1998. Metode penelitian. Yogyakarta:Pustaka pelajar.
Sugiyono.2008. metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung:alfabeta.
Posted by Unknown On Jumat, Mei 15, 2015 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Blogger news

    Blogger news

    Namo Buddhaya

    Situs Ini adalah situs untuk berbagi pengetahuan dalam bidang pendidikan agama Buddha, 1. Terdapat perangkat Pembelajara (RPP, Silabus, dan Media) 2. Tutorial media 3. How to fix problem dan lain sebagainya
    bagi anda yang berkenan membagi hasil dan karya anda silahkan kirimkan ke Mr.Tri.Suyatno@gmail.com dan Mohon Komentarnya ... :D Thanks Namo Buddhaya

    Blogroll

    About